Monday 17 September 2012

Fisiologi Reproduksi Wanita



1.      Fisiologi Berdasarkan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Menurut Syaifuddin (1997), berdasarkan anatominya, organ-organ dari sistem reproduksi wanita masing-masing memiliki fungsi sebagai berikut:
a.       Mons Pubis           : mengandung saraf-saraf yang membantu rangsangan
  berhubungan seksual.
b.      Labia Mayora        : sebagai pelindung labia minora.
c.       Labia Minora         : sebagai pelindung liang vagina.
d.      Kelenjar Skene      : mensekresi lendir (mukus) yang membantu pelumasan saat
  berhubungan seksual.
e.       Kelenjar Bartholini: mensekresi lendir (mukus) yang membantu pelumasan saat
  berhubungan seksual.
f.       Klitoris                  : mengandung saraf-saraf yang membantu rangsangan
  berhubungan seksual.
g.      Vagina                   : sebagai liang senggama sekaligus sebagai jalan lahir saat
  partus, sebagai saluran aliran darah saat haid.
h.      Serviks                  : sebagai pembatas antara vagina dan uterus, serta
  mensekresikan mukus untuk membantu sel sperma mencapai
  uterus.
i.        Uterus                   : sebagai tempat ovum yang telah dibuahi selama
  perkembangannya.
j.        Tuba Fallopi          : sebagai saluran penghubung antara uterus dengan ovarium
  dan sebagai tempat pembuahan (fertilisasi).
k.      Ovarium                : tempat mematangkan sel telur atau ovum.

2.      Fisiologi Berdasarkan 3 Pokok Fungsi Reproduksi Wanita
Berdasarkan fungsinya, sistem reproduksi wanita mengalami fisiologis sebagai berikut, (Price, 2005):
a.       Fungsi Seksual
Alat yang berperan adalah vulva dan vagina.  Kelenjar Bartholi’s pada vulva yang  dapat mengeluarkan cairan, berguna sebagai pelumas pada saat senggama. Selain itu vulva dan vagina juga berfungsi sebagai jalan lahir.

b.      Fungsi Hormonal
Fungsi hormonal adalah fungsi yang melibatkan peran ovarium dan uterus yang mempertahankan fungsi kewanitaan dan pengaturan haid (menstruasi). Perubahan-perubahan fisik dan  psikis yang terjadi sepanjang kehidupan seorang wanita erat hubungannya dengan fungsi indung telur yang menghasilkan hormon-harmon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Dalam masa kanak-kanak indung telur belum menunaikan fungsinya dengan baik. Tatkala indung telur mulai berfungsi, yaitu  kurang lebih pada usia 9  tahun, mulailah ia secara produktif  menghasilkan hormon-hormon wanita. Hormon-hormon ini mengadakan interaksi dengan hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar-kelenjar di otak. Akibatnya terjadilah perubahan-perubahan fisik pada wanita. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara, kemudian terjadi pertumbuhan rambut kemaluan disusul rambut-rambut di ketiak.
Selanjutnya terjadilah haid yang pertama  kali, disebut menarche, yaitu sekitar usia 10-16 tahun. Awal mula haid datang tidak teratur, selanjutnya timbul secara teratur. Sejak saat inilah seorang wanita masuk kedalam masa reproduksinya yang berlangsung kurang lebih 30 tahun. Pertumbuhan badan menjelang menarche dan 1 sampai 3 tahun setelah  menarche berlangsung dengan cepat, saat ini disebut masa pubertas. Setelah masa reproduksi wanita masuk kedalam masa yang menunjukan fungsi indung telur yang mulai berkurang. awal-mula haid menjadi sedikit, kemudian datang 1-2 bulan sekali atau tidak teratur dan akhirnya berhenti sama sekali. Bila keadaan ini  berlangsung 1 tahun, maka dikatakan wanita mengalami menopause. Menurunnya fungsi indung telur ini sering disertai gejala-gejala panas, berkeringat, jantung berdebar, gangguan psikis yaitu emosi yang labil. Pada      saat  ini  terjadi  pengecilan        alat-alat reproduksi  dan  kerapuhan  tulang.
Menstruasi  atau  haid  yang  terjadi  secara  siklus,  24-36  hari  sekali,  timbul  karena pengaruh-pengaruhormon  yang  berinteraksi  terhadap  selaput  lendir  rahim  (endometrium). Lapisan tersebut berbeda ketebalannya dari hari-kehari, paling  tebal terjadi  pada saat masa subur,  yang mana  endometrium  dipersiapkan  untuk kehamilan.  Bila  kehamilan  tidak  terjadi, lapisan ini mengelupas dan terbuang berupa darah haid. Biasanya haid berlangsung 2-8 hari dan jumlahnya kurang lebih 30-80 cc. Sesaat setelah darah haid  habis, lapisan tersebut mulai tumbuh kembali, mula-mula tipis kemudian bertambah  tebal untuk kemudian mengelupas lagi berupa darah haid. Menjelang haid dan beberapa hari saat haid wanita sering mengeluh lelah, mudah tersinggung, pusing, nafsu makan berkurang, buah dada tegang, mual dan sakit perut bagian  bawah.  Kebanyakan  wanita  menyadari  adanya keluhan ini dan tidak  mengganggu aktivitasnya, tetapi beberapa wanita merasakan keluhan ini berlebihan. Berat ringannya keluhan ini, sesungguhnya tergantung dari latar belakang psikologis dan keadaan emosi pada saat haid. 
c.       Fungsi Reproduksi
Tugas reproduksi dilakukan oleh indung  telur, saluran  telur  dan  rahim. Sel telur  yang setiap bulannya dikeluarkan dari kantung telur pada saat masa  subur akan masuk  kedalam saluran telur untukemudian bertemu dan menyatu dengan  sel benih  pria (spermatozoa) membentuk organisme baru yang disebut zygote, pada saat inilah ditentukan jenis kelamin janin dan sifat -sifat genetiknya. Selanjutnya zygote akan terus berjalan sepanjang saluran telur dan masuk kedalam rahim.
Biasanya pada bagian atas rahim  zygote akan menanamkan diri dan berkembang menjadi morula. Morula  selanjutnya  tumbuh dan berkembang sebagai janin yang kemudian akan lahir pada umur kehamilan cukup bulan. Masa subur pada siklus haid 28 hari, terjadi sekitar hari ke empabelas dari hari pertama haid. Umur sel telur sejak dikeluarkan dari indung telur hanya benumur 24 jam, sedangkan sel benih pria berumur kurang lebih 3 hari.


DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Raven. 2009. Atlas Anatomi. Jakarta: Djambatan.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.

Verralls. 1996. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi 1. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.