Tuesday 23 October 2012

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SENSORINEURAL



System saraf, bersama dengan system endokrin, mengurus sebagian besar pengaturan fungsi tubuh. Pada umumnya, system saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin. Sistem endokrin, sebaliknya, terutama mengatur fungsi metabolik tubuh.
Sejak pembentukannya, sistem saraf mempunyai sifat-sifat mengatur yang sangat kompleks dan khusus. Ia menerima berjuta-berjuta rangsangan informasi yang berasal dari bermacam-macam organ sensorik, dan semua ini bersatu untuk dapat menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.
Pembagian Sensorik Sistem Saraf Reseptor-reseptor Sensorik   
Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman sensorik yang berasal dari reseptor sensorik, yaitu reseptor visual, reseptor auditorik, reseptor taktil di permukaan tubuh, atau macam-macam reseptor lainnya. Pengalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera, atau ingatan yang terbentuk ini dapat disimpan dalam otak untuk beberapa menit, beberapa minggu, atau beberapa tahun dan selanjutnya dapat membantu menentukan reaksi tubuh dimasa datang.
  
Reseptor-Reseptor Sensorik: Rangkaian Saraf untuk Mengolah Informasi
Masukan ke dalam sistem saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang akan mengenali bermacam- macam rangsangan sensorik  misalnya raba, cahaya, nyeri, dingin, dan hangat.
12 Sistem Saraf Cranialis
Nomor
Nama
Jenis
Fungsi
I
Sensori
Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau
II
Sensori
Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual
III
Motorik
Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV
Motorik
Menggerakkan beberapa otot mata
V
Gabungan
Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
Nervus cranialis terbesar
VI
Motorik
Abduksi mata
VII
Gabungan
Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa pada dorsum linguae
Motorik: Mengendalikan dan pemberi inervasi otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah
VIII
Sensori
Sensori sistem vestibular: Mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak sebagai suara
IX
Gabungan
Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
X
Gabungan
Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam (misalnya dari m.palatoglossus melalui plexus pharyngeus)
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam (palatum molle, pharynx, larynx, esophagus)
XI
Motorik
Mengendalikan pergerakan kepala melalui m.sternokledomastoideus dan m.trapezius
XII
Motorik
Mengendalikan pergerakan lidah melalui otot intrinsic dan ekstrisik

Macam – macam Kepekaan Reseptor
Setiap  macam reseptor sangat peka terhadap salah satu rangsangan yang dirancang untuknya, dan hampir tidak memberi respor terhadap rangsangan sensorik jenis lain dengan intensitas normal. Jadi, sel- sel batang dan kerucut sangat peka terhadap rangsang cahaya namun hampir tidak memberi respon terhadap rangsangan panas, dingin, tekanan pada bola mata, atau perubahan kimiawi dalam darah. Kosmoreseptor yang terdapat dalam nuclei supra optic hipotalamus dapat menemukan perubahan osmolaritas cairan tubuh yang kecil namun belum diketahui apakah memberi respon terhadap rangsangan suara. Akhirnya, respor rasa nyeri yang terdapat dikulit hampir tidak pernah terangsang oleh perabaan yang biasa atau rangsang tekan, namun akan sangat aktif terhadap rangsang raba hebat yang dapat merusak jaringan.

1.         PERUBAHAN RANGSANGAN SENSORIK MENJADI IMPULS SARAF
Aliran Setempat pada Ujung Saraf  Potensial Reseptor
Semua reseptor sensorik mempunyai satu ciri umum. Apapun macamnya stimulus yang merangsang reseptor, pengaruh yang segera terjadi adalah perubahan potensial reseptor pada membrane. Perubahan potensial ini disebut potensial reseptor.
Mekanisme Potensial Reseptor
Untuk menimbulkan potensial reseptor, bermacam- macam reseptor dapat dirangsang dengan cara berikut ini :
1.   Dengan mekanisme perubahan reseptor, yang akan meregangkan reseptor
membrane dan membuka saluran- saluran ion
2.   Dengan pemberian suatu bahan kimia pada membrane, dimana bahan ini nantinya juga akan membuka saluran- saluran ion
3.   Dengan mengubah suhu membrane, yang akan mengubah permeabilitas membrane.
4.   Denngan efek radiasi elektro magnetic, seperti cahaya yang diberikan pada reseptor, yang secara langsung atau tidak langsung mengubah sifat- sifat membrane dan mempermudah lewatnta ion-ion melalui saluran membrane.
Keempat cara diatas akan dapat dikenal karena pada umumnya perangsangan pada reseptor berkaitan dengan bermacam- macam reseptor sensorik yang telah diketahui. Pada semua contoh- contoh itu penyebab pokok dari perubahan potensial membrane adalah adanya perubahan pada permeabilitas membrane reseptor, yang akan mempermudah difusi ion-ion menjadi lebih banyak atau lebih sedikit untuk melewati membrane dan dengan demikian akan mengubah potensial diantara membrane.
Peningkatan Potensial Reseptor
Peningkatan maksimum pada sebagian besar potensial reseptor sensorik adalah sekitar 100 milivolt. Peningkatan ini kurang lebih sama dengan voltase maksimum yang tercatat pada potensial aksi dan juga perubahan voltase ketika membrane menjadi permeable secara maksimal terhadap ion natrium.
Hubungan Potensial Reseptor dengan Potensial Aksi
Bila potensial reseptor meningkat sampai diatas nilai ambang untuk menimbulkan potensial aksi pada serabut saraf yang melekat pada reseptor, maka selanjutnya mulai timbul potensial aksi. Semakin tinggi peningkata potensial reseptor diatas nilai ambangnya, semakin besar frekuensi potensial aksi. Jadi, potensial treseptor akan merangsang serabut saraf sensorik dengan cara yang sama seperti cara potensial postsinaftik dalm neuron sistem saraf pusat merangsang akson neuron.
2.         MATA (SIFAT OPTIK MATA)
 a.      Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,  serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata didepan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi kreatitis et lagostalmos. Pada kelopak terdapat bagian- bagian :
-          Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar moll, atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
-          Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersyarafi N. fasial. M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersyarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
-          Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
-          Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis rima orbita yang merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
-          Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
-          Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra
-          Persyarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal N.V, sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat di lihat dengan melakukan efersi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtivas merupakn mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilakn musin.
 b.      Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu :
1.      Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera. 
2.      Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedangkan spingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar menmgatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3.      Lapisan ke 3 bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapisan membrane neurosensoris yang akan mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optic, macula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah macula lutea.
Tedapat enam otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita, yaitu :
1)      Kornea 
Kornea (bahasa latinnya : cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening pada mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata bagian depan dan terdiri atas lapisan :
 1.      Epitel
-          Tebalnya 50 µm, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih ; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
-          Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektorlit, dan glukosa yang merupakan barrier.
-          Sel basal menghasilkan membrane basal yang merekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
-          Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2.      Membran Bowman
-          Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
-          Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3.      Stroma
-          Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagenini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dab serat kolagen dalam perkebangan embrio atau sesudah trauma.
4.      Membrane Descement
-          Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
-          Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5.      Endotel
-          Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 µm. endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowmen melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu tiga bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dikompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutupi bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 
2)      Uvea
Lapisan vascular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Perdarahan uvea di bedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sclera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optic dan tujuh buah arteri siliar anterior, yang terdapat dua pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rectus lateral. Areti siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sclera disekitar tempat masuk saraf optic.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1cm di depan foramen optic, yang menerima tiga akar saraf di bagian posterior yaitu:
1.      Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk kornea, iris, dan badan siliar.
2.      Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.
3.      Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melalukam sinaps. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneasklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat tiga otot akomodasi yaitu longitudinal, radial, dan sirkular.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indicator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Bdan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai system ekspresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraocular.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pengembungan lensa.Kedua otot ini di persarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi terhadap obat parasimpatomimetik.
3)      Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembang saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil dalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:
1.      Berkurangnya rangsangan simpatis
2.      Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terdi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam focus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.
4)      Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaucoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatasan dengan akar berhubungan dengan sclera kornea dan disini ditemukan sclera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe  yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dank anal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berkat  glaucoma sudut tertutup, hipermetropia, blockade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
5)      Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang dibelakangnya korteks posrerior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras disbanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu:
-          Kenyal atau lentur karena  memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung
-          Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
-          Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
-          Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopi,
-          Keruh atau apa yang disebut katarak
-          Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.
6)      Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan  retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yang mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Perananya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optick. Kenbeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.
7)      Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina,dan terdiri atas lapisan:
1.      Lapisan fotoreseptor,merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk rampingg, dan sel kerucut.
2.      Membrane limitan eksterna yang merupakan membrane ilusi
3.      Lapisan nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapisan di atas avaskular dan mendapat metabolism dari kapiler koroid.
4.      Lapis pleksiform luar, merupakan lapis selular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5.      Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral.
6.      Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7.      Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8.      Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kea rah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9.      Membrane limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui pupil saraf optic yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
8)      Saraf optic
Saraf optic yang keluar dari polus posteror  bola mata membawa dua jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.
9)      Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sclera narjalan dari papil saraf optic sampai kornea.
Sclera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vascular. Sclera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sclera kaku dan tipisnya 1vmm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul. Kekakuan sclera dapat meninggi pada pasien diabetes mellitus, atau merendah pada eksoftalmus goiter, miotika, dan meminum air banyak.
10)  Rongga orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sam tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk pyramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas ttulang:
1.      Atap atau superior : os.frontal
2.      Lateral : os.frontal, os,zigomatik, alamagna, os.sfenoid
3.      Inferior : os.zigomati, os.maksila, os.palatina
4.      Nasal : os.maksila, os.lakrimal, os.etmoid
Foramen optic terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optic, arteri, vena dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus koroid.
Fisura orbita uperior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh araf lakrimal , sarf frontal, saraf troklear, saraf okulomotor, saraf nasosiliar, adusen, dan arteri vena oftalmik.
Fisura orbita inferior terletak di dasar temporal orbita dilalui oleh saraf  infra orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal
11)  Otor Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk menggerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot
a.      Otot oblik inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal pada tulang lakrimal, berinsersi pada sclera posterior 2 mm dan kedudukan macula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata ke ata, abduksi, dan eksiklotorsi.
b.      Otot oblik superior
Oblik superior berorigo pada annulus Zinn dan ala parvatulang sfenoda di atas foramen optic, berjalan menuju troklea dan dikontrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinteraksi pada sclera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik uperior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat kea rah nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke naal, abduksi, dan insiklotorsi.
Oblik uperior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipi.
c.       Otot rektus inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada annulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sclera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligament Lockwood. Dipersarafi nervus III. Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan
d.      Otot rektus lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada annuli Zinn  di atas dan di bawah foramen optic. Rektus lateral dipersarafi oleh nervusnVI dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi.
e.       Otot rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada annulus Zinn dan membungkus dura saraf optic yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek dan menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer)
f.       Otot rektus superior
Rektus superior mempunyai origo pada annulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapisan dura saraf optic yang akan memberikan rasa akit pada pergerakan bola mata bila terdapat  neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang uperior nervus III.
Fungsi menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral:
-       Aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral
-       insiklotorsi