Wednesday, 15 August 2012

APPENDISITIS


APPENDISITIS

I.                   PENGERTIAN
Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

II.                ETIOLOGI
Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:
a.       Fekalis/ massa keras dari feses
b.      Tumor, hiperplasia folikel limfoid
c.       Benda asing

III.             PATOFISIOLOGI
Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

V.                TANDA DAN GEJALA
·      Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
·      Mual, muntah
·      Anoreksia, malaisse
·      Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
·      Spasme otot
·      Konstipasi, diare
(Brunner & Suddart, 1997)

VI.             PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·      Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
·      Urinalisis         : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
·      Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
·      Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah
(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII.          KOMPLIKASI
·      Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
·      Tromboflebitis supuratif
·      Abses subfrenikus
·      Obstruksi intestinal
  
VIII.       PENATALAKSANAAN
·      Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
·      Antibiotik  dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan
·      Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
(Brunner & Suddart, 1997)

IX.             PENGKAJIAN
1.      Aktivitas/ istirahat: Malaise
2.      Sirkulasi : Tachikardi
3.      Eliminasi
·         Konstipasi pada  awitan awal
·         Diare (kadang-kadang)
·         Distensi abdomen
·         Nyeri tekan/lepas abdomen
·         Penurunan bising usus
4.      Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
5.      Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam
6.      Keamanan : demam
7.      Pernapasan
·      Tachipnea
·      Pernapasan dangkal
(Brunner & Suddart, 1997)




X.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria:
·      Penyembuhan luka berjalan baik
·      Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen
·      Tekanan darah >90/60 mmHg
·      Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal
·      Abdomen lunak, tidak ada distensi
·      Bising usus 5-34 x/menit
Intervensi:
a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat
b.      Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal
c.       Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus
d.      Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
e.       Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema
f.       Kolaborasi: antibiotik

2.      Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah
Kriteria hasil:
·         Persepsi subyektif tentang nyeri menurun
·         Tampak rileks
·         Pasien dapat istirahat dengan cukup
Intervensi:
a.       Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri
b.      Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
c.       Dorong untuk ambulasi dini
d.      Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang
e.       Hindari tekanan area popliteal
f.       Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
3.      Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Kriteria hasil;
·      Membran mukosa lembab
·      Turgor kulit baik
·      Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam
·      Tanda vital stabil
Intervensi:
a.       Awasi tekanan darah dan tanda vial
b.      Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
c.       Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
d.      Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
e.       Berikan perawatan mulut sering
f.       Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
g.      Berikan cairan IV dan Elektrolit

4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan  b.d kurang informasi
Kriteria:
·   Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan
·   Berpartisipasidalam program pengobatan
Intervensi
a.       Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi
b.      Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik
c.       Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi
d.      Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase
(Doenges, 1993)
  


DAFTAR PUSTAKA


1.      Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2.      Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

3.      Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.  Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

4.      Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC

BATU SALURAN KENCING


1. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau kandung kemih yang terdiri dari; yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi,infeksi atau oedema pada saluran perkemihan, kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas; kalsium
Faktor resiko batu ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi saluran perkemihan, hiperparatiroidismempenyakit infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit D berlebih, immobilitas lama dan dehidrasi.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhgi pembentukan batu;
a. Faktor Endogen
Faktor genetik,familial pada hypersistinuria,hiperkalsiuria dan hiperoksalouria
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan,pekerjaan,makanan,infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum
3. Faktor lain;
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah infeksi saluran kencing.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak daripada wanita
d. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e.Keturunan
Annggota keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
h.Suhu
Tempat yang bersuhu  panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk berkurang  .Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita BSK ( buli-buli dan Urethra )

4. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik,bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.
5. Teori terbentuknya batu
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin,santin,asam urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya BSK.
6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,  fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan  sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. :
7. Penatalaksanaan;
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi
8. Komplikasi:
a.Infeksi
b.Obstruksi
c.Hidronephrosis.
9. Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kencing
1)      Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis.
2)      Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit) merah atau pucat.
3)      Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus)
Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan /dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
4)      Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
5)      Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi .
6)      Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7)       Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.
8)      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1) Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
2) Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
3) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal, diuresis paska obstruksi.
4) Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO.
Diagnosa Keperawatan

Tujuan-Kriteria yang diharapkan
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
Nyeri hilang dengan spasme terkontrol.

Kriteria ;
-          Pasien tampak rileks.
-          Pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang
-          Tidak gelisah,tidak merintih
Catat lokasi,lamanya intensitas,penyebaran,perhatikan tanda-tanda non verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas.
Jel askan penyebab nyeri dan perubahan karakteristik nyeri.



Berikan tindakan nyaman,misalnya pijatan punggung,ciptakan lingkungan yang tenang.
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Bantu dengan ambulasi sering s/d indikasi tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 lt/hariatau s/d indikasi.
Perhatikan keluhanpeningkatan/menetapnya nyeri abdomen.
Berikan kompres hangat pada punggung
.
KOLABORASI:
Berikan obat sesuai dengan indikasi
-          Narkotik
-           
-          Antispasmodik


-          Kortikosteroid


Pertahankan patensi kateter bila digunakan.
Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus




Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien serta menurunkan ansietas

Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot,



Mengarahkan kembali perhatiandan membantu dalam relaksasi otot.
Meningkatkan lewatnya batu,mencegah stasis urine,mencegah pembentukan batu selanjutnya.


Obstruksi lengkap ureter dpt.menyebabkab ferforasi,dan ekstravasasi urine ke dalam area perirenal.




Dipakai selama episode akut,untuk menurunkan kolik ureter dan relaksasi otot.
.Menurunkan refleks spasme shg. Mengurangi nyeri dan kolik.
Menurunkan edema  jaringan ,shg. Membantu gerakan batu.
Mencegah stasis urine,menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
.
2.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruksi mekanik atau inflamsi.
Perubahan eliminasi urine tidak terjadi

Kriteria :
-          Haematuria tidak ada.
-          Piuria tidak terjadi
-          Rasa terbakar tidak ada.
-          Dorongan ingin berkemih terus berkurangi.
Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine

Tentukan pola berkemih normal.



Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Catat adanya pengeluaran dalam urinek/p kirim ke lab untuk dianalisa.
Observasi keluhan kandung kemih,palpasi dan perhatikan output,dan edema.
Obserevasi perubahan status mental.,prilaku atau tingkat kesadaran.

Kolaborasi ;
Monitoring pem.Lab,BUN.kreatinin

Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
Berikan obat sesuai dgn program;
-          diamox, alupurinol

-          Esidrix, Higroton

-          Amonium Klorida,Kalium,,atau Natrium,fosfat,.

-          Agen antigon, (Ziloprim)


-          Antibiotik

-          Nabic

-          Asam Askorbat

-          Pertahankan patensi kateter.

Irigasi dgn. Asam atau larutan alkalin.
Evaluasi fungsi ginjal dgn.memerhatikan tanda-tanda komplikasimisalnya infeksi,atau perdarahan.
Kalkulus dpt.menyebabkan eksitabiliats saraf,yg.menyebabkan kebutuhan sensasi berkemih .segera.
Membilas bakteri,darah.dan debris,membantu lewatnya batu.
Identifikasi tipe batudan alternatif terapi

Retensi urine,menyebabkan distensi jaringan.,potensial resiko infeksi dan GGK.
Ketidakseimbangan elektrolit dpt.menjadi toksik pada SSP.


Peninggian BUN,indikasi disfungsi ginjal.



Evaluasi adanya ISK.atau penyebab komplikasi.



Meningkatkan pH.urine menurunkan pembentukan batu asam.
Mencegah stasis urine

Menurunkan pembentukan batu fosfat



Menurunkan produksi asam urat


Adanya ISK potensuial pembentukan batu.
Mencegah pembentukan beberapa kalkuli.
Mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin.
Mencegah retensi,dan komplikasi.
Mengubah pH.urine mencegah pembentukan batu.
3.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d mual,muntah,diuresis pascaobstruksi.
Keseimbangan cairan adekuat

Kriteria :
-          Intake dan output seimbang
-          Tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg. Nadi 60-100, RR16-20, suhu 36.5°-37°C)
-          -Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit baik.
Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik, dan frekuensi.
Tingkatkan pemasukan cairan
3-4 lt / hari dalam toleransi jantung.

Awasi tanda vital, evaluasi nadi, turgor kulit dan membran mukosa.

Timbang berat badan tiap hari
Kolaborasi:
Awasi Hb,Ht,elektrolit,
Berikan cairan IV

Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut s/d toleransi

Berikan obat s/d indikasi antiemetik,(misal compazin )

Mengesampingkan  kejadian abdominal lain.



Mempertahankan keseimbangan cairan dan homeostasis.


Penurunan LFG.merangasang produksi renin, yg. Bekerja meningktakan TD.
Peningkatan BB.yang cepat,waspada retensi
Mengkaji hidrasi, kebutuhan intervensdi.

Mempertahankan volume sirkulasi
Mempertahnakan keseimbangan nutruisi.



Menurunkan mual muntah
4.
Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan
Pasien dapat memahami tentang diet,dan program pengobatan

Kriteria :
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan
-          Menjalankan diet
Kaji ulang proswes penyakit dan harapan masa datang

Kaji ulang program diet, sesuai dengan indikasi


Diskusikan tentang:
Pemberian  diet rtendah purin,(membatasi daging berlemak,kalkun,tumbuhan polong,gandum,alkohol)
Pemberian diet rendah Ca.(membatasi susu,keju,sayur hijau,yogurt.)
Pemberian diet rendah oksalat membatasi konsumsi coklat,minuman kafein,bit,bayam.
Diskusikan program obat-obatan ,hindfari obat yang dijual bebas dan baca labelnya.
Tunjukan perawatan yang tepat thd.insisi/kateter bila ada.
Memberikan pengetahuan dasar,membuat pilihan berdasarkan informasi
Pemahaman diet,memberikan kesempatan untuk memilih sesuai dgn. Informasi,mencegah kekambuhan.
Menurunkan pemasukan oral thd.prekursor asam urat





Menurunkan resikopembentukan batu kalsium.


Menurunkan pembentukan batu oksalat.


Obat yang diberikan untuk mengasamkan urin,atau mengalkalikan,menghindari produk kontraindikasi.

DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
( terjemahan) PT EGC, Jakarta.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asyuhan Keperawatan ( terjemahan),
PT EGC, Jakarta

Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.