System
saraf, bersama dengan system endokrin, mengurus sebagian besar pengaturan
fungsi tubuh. Pada umumnya, system saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang
cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin. Sistem
endokrin, sebaliknya, terutama mengatur fungsi metabolik tubuh.
Sejak pembentukannya, sistem saraf mempunyai sifat-sifat mengatur yang
sangat kompleks dan khusus. Ia menerima berjuta-berjuta rangsangan informasi
yang berasal dari bermacam-macam organ sensorik, dan semua ini bersatu untuk
dapat menentukan respons apa yang akan diberikan oleh tubuh.
Pembagian
Sensorik Sistem Saraf Reseptor-reseptor Sensorik
Sebagian besar aktivitas
sistem saraf diawali oleh pengalaman-pengalaman sensorik yang berasal dari
reseptor sensorik, yaitu reseptor visual, reseptor auditorik, reseptor taktil
di permukaan tubuh, atau macam-macam reseptor lainnya. Pengalaman sensorik ini
dapat menimbulkan reaksi segera, atau ingatan yang terbentuk ini dapat disimpan
dalam otak untuk beberapa menit, beberapa minggu, atau beberapa tahun dan
selanjutnya dapat membantu menentukan reaksi tubuh dimasa datang.
Reseptor-Reseptor
Sensorik: Rangkaian Saraf untuk Mengolah Informasi
Masukan ke dalam sistem
saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang akan mengenali
bermacam- macam rangsangan sensorik
misalnya raba, cahaya, nyeri, dingin, dan hangat.
12 Sistem
Saraf Cranialis
Nomor
|
Nama
|
Jenis
|
Fungsi
|
I
|
Sensori
|
Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau
|
|
II
|
Sensori
|
Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai persepsi visual
|
|
III
|
Motorik
|
Menggerakkan sebagian besar otot mata
|
|
IV
|
Motorik
|
Menggerakkan beberapa otot mata
|
|
V
|
Gabungan
|
Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk
diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
Nervus cranialis terbesar
|
|
VI
|
Motorik
|
Abduksi mata
|
|
VII
|
Gabungan
|
Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa pada dorsum linguae
Motorik: Mengendalikan dan pemberi inervasi otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah |
|
VIII
|
Sensori
|
Sensori sistem vestibular:
Mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak sebagai suara |
|
IX
|
Gabungan
|
Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam |
|
X
|
Gabungan
|
Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
(misalnya dari m.palatoglossus melalui plexus pharyngeus)
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam (palatum molle, pharynx, larynx, esophagus) |
|
XI
|
Motorik
|
Mengendalikan pergerakan kepala melalui
m.sternokledomastoideus dan m.trapezius
|
|
XII
|
Motorik
|
Mengendalikan pergerakan lidah melalui otot intrinsic
dan ekstrisik
|
Macam –
macam Kepekaan Reseptor
Setiap macam
reseptor sangat peka terhadap salah satu rangsangan yang dirancang untuknya,
dan hampir tidak memberi respor terhadap rangsangan sensorik jenis lain dengan
intensitas normal. Jadi, sel- sel batang dan kerucut sangat peka terhadap
rangsang cahaya namun hampir tidak memberi respon terhadap rangsangan panas,
dingin, tekanan pada bola mata, atau perubahan kimiawi dalam darah.
Kosmoreseptor yang terdapat dalam nuclei supra optic hipotalamus dapat
menemukan perubahan osmolaritas cairan tubuh yang kecil namun belum diketahui
apakah memberi respon terhadap rangsangan suara. Akhirnya, respor rasa nyeri
yang terdapat dikulit hampir tidak pernah terangsang oleh perabaan yang biasa
atau rangsang tekan, namun akan sangat aktif terhadap rangsang raba hebat yang
dapat merusak jaringan.
1.
PERUBAHAN RANGSANGAN SENSORIK MENJADI IMPULS SARAF
Aliran
Setempat pada Ujung Saraf Potensial
Reseptor
Semua reseptor sensorik mempunyai satu ciri umum.
Apapun macamnya stimulus yang merangsang reseptor, pengaruh yang segera terjadi
adalah perubahan potensial reseptor pada membrane. Perubahan potensial ini
disebut potensial reseptor.
Mekanisme
Potensial Reseptor
Untuk menimbulkan potensial
reseptor, bermacam- macam reseptor dapat dirangsang dengan cara berikut ini :
1. Dengan mekanisme perubahan reseptor, yang akan
meregangkan reseptor
membrane dan membuka
saluran- saluran ion
2.
Dengan pemberian
suatu bahan kimia pada membrane, dimana bahan ini nantinya juga akan membuka
saluran- saluran ion
3.
Dengan mengubah
suhu membrane, yang akan mengubah permeabilitas membrane.
4.
Denngan efek radiasi
elektro magnetic, seperti cahaya yang diberikan pada reseptor, yang secara
langsung atau tidak langsung mengubah sifat- sifat membrane dan mempermudah
lewatnta ion-ion melalui saluran membrane.
Keempat
cara diatas akan dapat dikenal karena pada umumnya perangsangan pada reseptor
berkaitan dengan bermacam- macam reseptor sensorik yang telah diketahui. Pada
semua contoh- contoh itu penyebab pokok dari perubahan potensial membrane
adalah adanya perubahan pada permeabilitas membrane reseptor, yang akan mempermudah
difusi ion-ion menjadi lebih banyak atau lebih sedikit untuk melewati membrane
dan dengan demikian akan mengubah potensial diantara membrane.
Peningkatan Potensial Reseptor
Peningkatan maksimum pada sebagian besar potensial reseptor sensorik
adalah sekitar 100 milivolt. Peningkatan ini kurang lebih sama dengan voltase
maksimum yang tercatat pada potensial aksi dan juga perubahan voltase ketika
membrane menjadi permeable secara maksimal terhadap ion natrium.
Hubungan Potensial Reseptor dengan Potensial Aksi
Bila
potensial reseptor meningkat sampai diatas nilai ambang untuk menimbulkan
potensial aksi pada serabut saraf yang melekat pada reseptor, maka selanjutnya
mulai timbul potensial aksi. Semakin tinggi peningkata potensial reseptor
diatas nilai ambangnya, semakin besar frekuensi potensial aksi. Jadi, potensial
treseptor akan merangsang serabut saraf sensorik dengan cara yang sama seperti
cara potensial postsinaftik dalm neuron sistem saraf pusat merangsang akson
neuron.
2. MATA (SIFAT OPTIK MATA)
a. Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra
mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata
didepan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan dibagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga
terjadi kreatitis et lagostalmos. Pada kelopak terdapat bagian- bagian :
-
Kelenjar seperti:
kelenjar sebasea, kelenjar moll, atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
-
Otot seperti: M. orbikularis
okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak atas dan bawah, dan terletak
dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis
okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersyarafi N. fasial. M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus
(lipatan) palpebra. Otot ini dipersyarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
-
Di dalam kelopak
terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau
kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
-
Septum orbita yang
merupakan jaringan fibrosis rima orbita yang merupakan pembatas isi orbita
dengan kelopak depan.
-
Tarsus ditahan oleh
septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan
rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah kelopak atas dan 20 pada
kelopak bawah).
-
Pembuluh darah yang
memperdarahinya adalah a. palpebra
-
Persyarafan sensorik
kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal N.V, sedangkan kelopak bawah
oleh cabang ke II saraf ke V. konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang
kelopak hanya dapat di lihat dengan melakukan efersi kelopak. Konjungtiva tarsal
melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtivas merupakn mukosa yang
mempunyai sel Goblet yang menghasilakn musin.
b. Bola Mata
Bola
mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola
mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu :
1.
Sklera merupakan
jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian
terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.
2.
Jaringan uvea merupakan
jaringan vascular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial
mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut
perdarahan suprakoroid.
Jaringan
uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan
pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola
mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedangkan spingter iris dan
otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan
siliar menmgatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi
Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di
batas kornea dan sklera.
3.
Lapisan ke 3 bola mata
adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak
10 lapis yang merupakan lapisan membrane neurosensoris yang akan mengubah sinar
menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga
yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari
koroid yang disebut ablasi retina.
Badan
kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel
papil saraf optic, macula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam
badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi
ablasi retina.
Lensa
terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah macula lutea.
Tedapat
enam otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di
daerah temporal atas di dalam rongga orbita,
yaitu :
1)
Kornea
Kornea (bahasa latinnya
: cornum = seperti
tanduk) adalah selaput bening pada mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata bagian depan dan
terdiri atas lapisan :
1.
Epitel
-
Tebalnya 50 µm, terdiri
atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih ; satu
lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
-
Pada sel basal sering
terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom
dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektorlit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
-
Sel basal menghasilkan
membrane basal yang merekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
-
Epitel berasal dari
ectoderm permukaan.
2.
Membran Bowman
-
Terletak di bawah
membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
-
Lapisan ini tidak
mempunyai daya regenerasi.
3.
Stroma
-
Terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, pada permukaan
terlihat anyaman yang teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagenini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dab serat
kolagen dalam perkebangan embrio atau sesudah trauma.
4.
Membrane Descement
-
Merupakan membrane
aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membrane basalnya.
-
Bersifat sangat elastic
dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5.
Endotel
-
Berasal dari
mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 µm. endotel melekat
pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea
dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowmen melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan
tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah
limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam
waktu tiga bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak
endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dikompensasi
endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus
cahaya dan menutupi bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat
dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea.
2)
Uvea
Lapisan vascular
didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Perdarahan
uvea di bedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah arteri
siliar posterior longus yang masuk menembus sclera di temporal dan nasal dekat
tempat masuk saraf optic dan tujuh buah arteri siliar anterior, yang terdapat
dua pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rectus lateral.
Areti siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari
15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sclera disekitar tempat
masuk saraf optic.
Persarafan
uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot
rektus lateral, 1cm di depan foramen optic, yang menerima tiga akar saraf di
bagian posterior yaitu:
1.
Saraf sensoris, yang
berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk kornea,
iris, dan badan siliar.
2.
Saraf simpatis yang
membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari
arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.
3.
Akar saraf motor yang
akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf
parasimpatis yang melalukam sinaps. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian
tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara
korneasklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal.
Di dalam badan siliar terdapat tiga otot akomodasi yaitu longitudinal, radial,
dan sirkular.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara
otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga
indicator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil.
Bdan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai system ekspresi di
belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh
darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan
gambaran karakteristik peradangan intraocular.
Otot melingkar badan siliar bila
berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan mengendornya zonula Zinn
sehingga terjadi pengembungan lensa.Kedua otot ini di persarafi oleh saraf
parasimpatik dan bereaksi terhadap obat parasimpatomimetik.
3)
Pupil
Pupil anak-anak
berukuran kecil akibat belum berkembang saraf simpatis. Orang dewasa ukuran
pupil dalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Pupil
waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan
tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:
1.
Berkurangnya rangsangan
simpatis
2.
Kurang rangsangan
hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka
terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga
terdi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja
subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah
aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam focus seperti pada kamera
foto yang difragmanya dikecilkan.
4)
Sudut
bilik mata depan
Sudut bilik mata yang
dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar
cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata
sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaucoma. Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sclera, garis Schwalbe dan
jonjot iris.
Sudut
filtrasi berbatasan dengan akar berhubungan dengan sclera kornea dan disini
ditemukan sclera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan
batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal.
Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua
komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi terdapat garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel dan membran descement, dank anal Schlemm yang menampung cairan mata
keluar ke salurannya.
Sudut
bilik mata depan sempit terdapat pada mata berkat glaucoma sudut tertutup, hipermetropia,
blockade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
5)
Lensa
mata
Jaringan ini berasal
dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening.
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa
berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam
kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya memadatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga
membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam
lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedang dibelakangnya korteks posrerior. Nucleus lensa
mempunyai konsistensi lebih keras disbanding korteks lensa yang lebih muda. Di
bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologik lensa
mempunyai sifat tertentu yaitu:
-
Kenyal atau lentur
karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung
-
Jernih atau transparan
karena diperlukan sebagai media penglihatan
-
Terletak di tempatnya
Keadaan
patologik lensa ini dapat berupa:
-
Tidak kenyal pada orang
dewasa yang akan mengakibatkan presbiopi,
-
Keruh atau apa yang
disebut katarak
-
Tidak berada di tempat
atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa di
dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.
6)
Badan
kaca
Badan kaca merupakan
suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di
dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap
air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yang
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Perananya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora
serata, pars plana, dan papil saraf optick. Kenbeningan badan kaca disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.
7)
Retina
Retina atau selaput
jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan
cahaya.
Retina
berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina,dan terdiri atas
lapisan:
1.
Lapisan fotoreseptor,merupakan
lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk rampingg,
dan sel kerucut.
2.
Membrane limitan
eksterna yang merupakan membrane ilusi
3.
Lapisan nucleus luar,
merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapisan di atas
avaskular dan mendapat metabolism dari kapiler koroid.
4.
Lapis pleksiform luar,
merupakan lapis selular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan
sel bipolar dan sel horizontal.
5.
Lapis nucleus dalam,
merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat
metabolism dari arteri retina sentral.
6.
Lapisan pleksiform
dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
7.
Lapis sel ganglion yang
merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8.
Lapis serabut saraf,
merupakan lapis akson sel ganglion menuju kea rah saraf optik. Di dalam
lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9.
Membrane limitan
interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan
kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.
Pembuluh darah di dalam retina merupakan
cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui pupil saraf
optic yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan
batang mendapat nutrisi dari koroid.
8)
Saraf
optic
Saraf optic yang keluar
dari polus posteror bola mata membawa
dua jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor.
Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung
atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik
yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik.
9)
Sklera
Bagian putih bola mata
yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola
mata. Sclera narjalan dari papil saraf optic sampai kornea.
Sclera
anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vascular. Sclera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun
sclera kaku dan tipisnya 1vmm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.
Kekakuan sclera dapat meninggi pada pasien diabetes mellitus, atau merendah
pada eksoftalmus goiter, miotika, dan meminum air banyak.
10) Rongga orbita
Rongga
orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk
dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal, dan dasar orbita
yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sam tulang palatinum dan
zigomatikus.
Rongga
orbita yang berbentuk pyramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri
atas ttulang:
1.
Atap atau superior :
os.frontal
2.
Lateral : os.frontal,
os,zigomatik, alamagna, os.sfenoid
3.
Inferior : os.zigomati,
os.maksila, os.palatina
4.
Nasal : os.maksila,
os.lakrimal, os.etmoid
Foramen
optic terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optic, arteri, vena
dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus koroid.
Fisura orbita uperior
di sudut orbita atas temporal dilalui oleh araf lakrimal , sarf frontal, saraf
troklear, saraf okulomotor, saraf nasosiliar, adusen, dan arteri vena oftalmik.
Fisura
orbita inferior terletak di dasar temporal orbita dilalui oleh saraf infra orbita dan zigomatik dan arteri infra
orbita.
Fosa
lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal
11) Otor Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan
mata dengan fungsi ganda dan untuk menggerakkan mata tergantung pada letak dan
sumbu penglihatan sewaktu aksi otot
a.
Otot
oblik inferior
Oblik inferior
mempunyai origo pada fosa lakrimal pada tulang lakrimal, berinsersi pada sclera
posterior 2 mm dan kedudukan macula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja
untuk menggerakkan mata ke ata, abduksi, dan eksiklotorsi.
b.
Otot
oblik superior
Oblik superior berorigo
pada annulus Zinn dan ala parvatulang sfenoda di atas foramen optic, berjalan
menuju troklea dan dikontrol balik dan kemudian berjalan di atas otot rektus
superior, yang kemudian berinteraksi pada sclera dibagian temporal belakang
bola mata. Oblik uperior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang
keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai
aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi
bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat kea rah nasal.
Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata
melihat ke naal, abduksi, dan insiklotorsi.
Oblik
uperior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipi.
c.
Otot
rektus inferior
Rektus inferior mempunyai
origo pada annulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau
sclera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik
inferior diikat kuat oleh ligament Lockwood. Dipersarafi nervus III. Rektus inferior
membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan
d.
Otot
rektus lateral
Rektus lateral
mempunyai origo pada annuli Zinn di atas
dan di bawah foramen optic. Rektus lateral dipersarafi oleh nervusnVI dengan
pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi.
e.
Otot
rektus medius
Rektus medius mempunyai
origo pada annulus Zinn dan membungkus dura saraf optic yang sering memberikan
dan rasa sakit pada pergerakan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan
berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang
paling tebal dengan tendon terpendek dan
menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer)
f.
Otot
rektus superior
Rektus superior
mempunyai origo pada annulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapisan
dura saraf optic yang akan memberikan rasa akit pada pergerakan bola mata bila
terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini
berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang uperior nervus III.
Fungsi
menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral:
-
Aduksi, terutama bila
tidak melihat ke lateral
-
insiklotorsi