Tuesday 23 October 2012

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KALAZION


2.1     KONSEP TEORITIS KALASION
1.   Definisi
Chalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar meibom; umumnya ditandai pembengkakan terbatas yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu (Oftalmologi Umum, 2000:82)
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar meibom yang terjadi setelah timbulnya hordeulum internal.  Kalazion akan terus tumbuh dan diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan kosmetik atau jika penglihatan terganggu (Mark A. Graber, 2006 hal: 125)
Kalazion merupakan gangguan kelopak mata tanpa nyeri yang sering terjadi dimana penyumbatan dikelenjar Meibom menyebabkan glanduloma pada lempeng tarsal. (Oftamologi,2006 hal: 85)
Jadi, Kalazion merupakan suatu gangguan peradangan granulomatosa tanpa nyeri yang sering terjadi karena penyumbatan kelenjar Meibom.

2.   Etiologi
a.  Sumbatan pada kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea, yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata.
b.      Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif, dan hordeolum

3.   Patofisiologi
Riwayat blefaritits, hordeolum dan penyumbatan spontan yang terjadi pada saluran kelenjar Meibom menyebabkan terjadinya sumbatan pada drainase normal kelenjar Meibom. Sumbatan pada drainase normal kelenjar Meibom menyebabkan terjadinya penumpukkan sekresi kelenjar Meibom. Penumpukkan sekresi tersebut akan menimbulkan terjadinya reaksi inflamasi/peradangan pada kelenjar Meibom sehingga timbul jaringan granulasi/ jaringan ikat dan hialin dan peradangan kronis pada kelenjar Meibom yang disebut dengan kalazion. Masa yang terbentuk dari jaringan granulasi tersebut tampak sebagai nodul pada kelopak mata yang tidak nyeri, teraba keras dan terfiksir pada tarus.

4.   Manifestasi klinis
a.       Kelopak mata membengkak 
b.      Nyeri dan mengalami iritasi.
c.       Pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secaraperlahan.
d.      Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu
  
5.   Komplikasi
a.       Astigmatisma
Kelainan refraksi sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik. Hal ini bisa disebabkan oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga massa tersebut menekan permukaan kornea yang mengakibatkan terjadinya perubahan kelengkungan kornea. Kelengkungan kornea yang bertambah mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke retina tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik , sehingga bayangan yang dihasilkan tampak silendris.
b.      Meibomianitis
Infeksi pada kelenjar meibom dapat terjadi jika kalazion terkontaminasi oleh debu atau pun bakteri dan virus yang di akibatkan oleh kurangnya personal higiene seseorang terutama pada daerah kelopak mata, Sehingga terjadi peradangan pada kelenjar meibom.
c.       Blefaritistarsus superior
Peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi dan alergi. Blefaritis dapat terjadi jika kebersihan kelopak mata tidak diperhatikan, selain itu insisi pada kalazion yang tidak steril juga dapat menyebabkan peradangan pada kelopak mata.
d.      Obstruksi duktus lakrimalis
Penyumbatan kelenjar air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar. Sehingga akan menekan kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan saluran kelenjar air mata menjadi tersumbat dan kehilangan fungsinya ( tamsuri anas, 2011).

6.   Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.
Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam.
Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b.      Pemeriksaan Histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang kalisehingga dicurigai keganasan

7.   Penatalaksanaan
a.   Penatalaksanaan medis
-          Eksisi bedah dilakukan melalui sayatan vertical ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati.
-          Penyuntikan steroid ke dalam lesi juga da manfaatnya untuk lesi kecil, dan dikombinasikan dengan tindakan bedah untuk kasus sulit.
-          Biopsy diindikasikan untuk kalasion yang kambuhan, karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalasion.
b.   Penatalaksanaan keperawatan
Diberikan kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari, kadang dapat sembuh atau hilang sendiri karena di absorbsi, atau dapat dilakukan ekskokleasi isi abses di dalamnya atau ekstirpasi. Pengompresan akan melunakkan minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta penyembuhan.

8.   Pencegahan
a.    Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar mata dan Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan.
b.   Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah
c.    Jaga kebersihan peralatan make-up mata

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KALASION
1.      Pengkajian
a.    Riwayat Kesehatan
1.         Keluhan Utama
2.         Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan tentang apa yang diderita oleh pasien dan terapi yang diberikan.
3.         Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit terdahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah klien sebelumnya klien pernah menderita penyakit seperti sekarang atau yang berhubungan dengan penyakit pasien. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien tidak bisa membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping obat.
4.         Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. Bisa dibuat genogram dengan disertai keterangannya.
5.         Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan social ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup. Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang di anut oleh klien.

b.    Pemeriksaan Fisik
1.    Keadaan umum pasien
-     Kesadaran umum
-     Gejala kardinal
-        TD : 90-120/60-80 mmHg
-        RR : 12-24x/menit
-        Nadi : 60-100x/menit
-        S : 36, 8- 37,4 oC

2.    Kaji  Keadaan Mata
Inspeksi : Kaji adanya benjolan atau nodul diatas atau dibawah kelopak mata, bengkak, kemerahan, dan pus
Palpasi : Kaji adanya nyeri tekan
Kaji lapang pandang
Kaji visus atau ketajaman mata dengan snelen chart
2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan persepsi sensori: pengelihatan
b.   Resiko cidera
c.    Gangguan citra tubuh
d.   Resiko infeksi
e.    Ansietas



3.      Perencanaan
No.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Gangguan persepsi sensori: pengelihatan berhubungan dengan :
¨  Perubahan organ sensori pengelihatan.
ditandai dengan :
DS:
¨  Pasien mengatakam penglihatannya terganggu karena ada benjolan di matanya,
¨  Pasien mengatakan pandangannya tertutup sebagian olah benjolan di matanya
¨  Pasien mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas.
DO:
¨  Terdapat nodul pada kelopak mata pasien,
¨  Nodul teraba keras dan terfiksir pada tarsus
¨  nodul tampak besar dan menutupi sebagian mata pasien,
¨  Test lapang pandang menunjukkan pasien mengalami keterbatasan lapang pandang.

Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam  diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi dengan kriteria hasil:
1.      Pasien dapat melihat dengan jelas dan pengelihatan pasien tidak terganggu.
2.      Lapang pandang pasien baik.
3.      Nodul mengecil atau hilang.

Mandiri :
1.      Observasi ketajaman penglihatan dan lapang pandang pasien.

2.      Lakukan kompres hangat pada benjolan yang terdapat pada kelopak mata.


3.      Anjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di rumah.




Kolaborasi :
4.      Kolaborasi dalam pemberian injeksi kortikosteroid (triamconolone, methylprednisolone).
5.      Kolaborasi dengan ahli bedah dalam merencanakan dan melakukan pembedahan bila kalazion terus membesar, mengganggau secara kosmetik dan terjadi berulang.


1.      Observasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan individu dan menentukan intervensi yang tepat.
2.      Pengompresan yang dilakukan akan mendorong timbulnya resolusi dari penyumbatan diktus dan menbantu drainase sebum.
3.      Pengompresan yang lebih sering oleh pasien akan lebih cepat mendoronga resolusi dari penyumbatan duktus, mempermudah drainase dan mempercepat penyembuhan.



4.      Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan peradangan dan dapat mendorong regresi dari kalazion.
5.      Pembedahan akan membantu menghilangkan jaringan granuloma yang terbentuk pada kelopak mata, pembedahan dapat dilakukan dengan cara kuretase granuloma untuk kalazion kecil dan diseksi untuk kalazion yang lebih besar.

2.
Resiko cidera berhubungan dengan:
¨  Keterbatasan pengelihatan akibat nodul.


Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1.      Pasien tidak mengalami cidera.
2.      Nodul dapat berkurang atau hilang.
Mandiri:
1.      Observasi ketajaman penglihatan dan lapang pandang pasien.

2.      Jauhkan alat-alat yang berpotensi menimbulkan bahaya misalnya: gunting, pisau, barang pecah belah.

3.      Anjurkan pada pasien untuk membatasi aktivitas khususnya aktivitas bepergian menggunakan kendaraan.
4.      Libatkan keluarga dalam pengawasan pasien.



1.      Observasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan individu dan menentukan intervensi yang tepat.
2.      Menghindarkan pasien dari luka tusuk atau gores yang diakibatkan oleh benda tajam.


3.      Mencegah terjadinya cidera dan menghindari terjadinya kecelakaan akibat berkendaraan.

4.      Pengawasan dari keluarga akan membantu dalam menjaga keselamatan pasien.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan:
¨  Perubahan struktur tubuh
¨  Cedera
¨  Penyakit

ditandai dengan:
DS:
¨  Pasien mengatakan malu dengan keadaannya
¨  Pasien mengatakan terdapat benjolan pada kelopak matanya dan tidak hilang selama berminggu-minggu.
DO: 
¨  Pasien tampak malu,
¨  Pasien tampak tidak mau melihat kelopak matanya
¨  Tampak nodul pada kelopak  mata pasien.

Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan citra tubuhnya dengan kriteria hasil:
1.      Pasien mengatakan tidak malu lagi dengan keadaannya.
2.      Pasien mau melihat kelopak matanya lagi.
3.      Benjolan pada kelopak mata pasien berkurang atau hilang.
Mandiri :
1.      Observasi adanya gangguan citra diri pasien (ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi keadaan malu terhadap kondisinya).

2.      Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan.


3.      Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan (dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi).
4.      Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan dengan positif.




5.      Dorong sosialisasi dengan orang lain.

6.      Anjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di rumah.



1.      Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.
2.      Mengetahui hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi matanya.
3.      Pasien membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan dipahami.

4.      Pemberi perawatan kadang- kadang memungkinkan penilaian untuk mempengaruhi perawatan pasien dan kebutuhan untuk membuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
5.      Bersosialisasi dengan orang lain dapat meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi pasien.
6.      Pengompresan yang lebih sering oleh pasien akan lebih cepat mendoronga resolusi dari penyumbatan duktus, mempermudah drainase dan mempercepat penyembuhan.

4.
Resiko infeksi berhubungan dengan:
¨  Riwayat infeksi dan hygiene yang buruk.

Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa) dan adanya pus.
2.      Pasien dapat menjaga kebersihan matanya.

Mandiri:
1.      Observasi adanya tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa serta adanya pus).
2.      Observasi suhu tubuh pasien dan timbulnya demam.


3.      Pada wanita, anjurkan untuk sementara tidak menggunakan tat arias.


4.      Anjurkan pasien segera lapor jika terdapat tanda-tanda infeksi, meningkatnya kemerahan, adanya drainase purulen, dan penurunan visus.




5.      Anjurkan pasien untuk tidak menutup, memegang atau menekan bagian kelopak mata yang mengalami peradangan.

6.      Beritahu pasien untuk menjaga kebersihan perorangan, terutama mata.

Kolaborasi:
7.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotic salep mata, tetes mata atau oral ( tetrasiklin, metronidazole)


1.      Observasi dilakuakn untuk deteksi dini terhadap terjadinya infeksi.

2.      Peningkatan suhu tubuh dapat mengidentifikasikan terjadinya infeksi.

3.      Tata rias yang digunakan merupakan allergen dan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang akan menimbulkan infeksi.
4.      Meningkatnya kemerahan, adanya drainase purulen, dan penurunan visus merupakan tanda terjadinya infeksi sekunder. Pengenalan dini terhadap tanda-tanda tersebut akan mempercepat dimulainya tindakan untuk mencegah memburuknya kondisi pasien.
5.      Kebiasaan pasien untuk menutupi matanya, memegangi aatau menekan kelopak mata yang mengalami peradangan dapat menimbulkan infeksi.
6.      Infeksi dapat terjadi karena kebersihan yang kurang baik.



7.      Obat antibiotic yang diberikan dapat membantu menurunkan peradangan dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.
5.
Ansietas berhubungan dengan :
¨  perubahan status kesehatan dan prosedur operasi
¨  Stress
¨  Status kesehatan
ditandai dengan:
DS:
¨  Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya
¨  Pasien mengatakan cemas dengan prosedur operasi yang akan dilkukan.
DO:
¨  Pasien tampak cemas
¨  Pasien tampak gelisah.

Setelah diberikan asuhan keperawatan ...x24jam  diharapkan ansietas pasien teratasi dengan kriteria hasil:
1.      Pasien mengatakan tidak cemas lagi.
2.      Wajah pasien tampak tenang.
3.      Pasien tidak gelisah.
Mandiri:
1.      Observasi kekhawatiran pasien dan tingkat pemahaman pasien mengenai kesehatannya.
2.      Observasi apakah pasien mengetahui tentang kondisi dirinya.
3.      Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.

4.      Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar; memperbaiki kesalahan persepsi atau informasi.
5.      Diskusikan bersama klien tentang apa yang akan dikerjakan dan mengapa perlu dilakukan. Jelaskan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.


6.      Berikan aktivitas pengalih.



1.      Perawat mengklarifikasi informasi dan memfasilitasi pemahaman dan koping pasien.

2.      Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
3.      Tindakan ini memberi kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan unsure yang dapat merusak adaptasi pasien.
4.      Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.
5.      Diskusi yang dilakukan bersama pasien dapat meningkatkan pemahaman pasien mengenai tindakan yang dilakukan sehingga mengurangi kecemasan dan pasien kooperatif dalam mengikuti terapi yang diberikan.
6.      Aktivitas pengalihan seperti mengajak bicara berguna untuk mengurangi kecemasan pasien.











4. Implementasi
Dilakukan  sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur tekhnik yang telah ditentukan.
a.       Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tidakan keperawatan) yang telah direncanakan. ( Aziz, 2006).
b.      Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan ( Effendi, 1995).

5. Evaluasi
1.      Tidak ada gangguan persepsi sensori
2.      Tidak ada resiko cidera
3.      Citra tubuh positif
4.      Tidak terjadi resiko infeksi
5.      Pasien tidak ansietas

No comments: