2.1
KONSEP TEORITIS KALASION
1. Definisi
Chalazion adalah radang granulomatosa menahun steril
dan idiopatik pada kelenjar meibom; umumnya ditandai pembengkakan terbatas yang
tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu (Oftalmologi Umum,
2000:82)
Kalazion
merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar meibom yang terjadi setelah
timbulnya hordeulum internal. Kalazion
akan terus tumbuh dan diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan
kosmetik atau jika penglihatan terganggu (Mark A. Graber, 2006 hal: 125)
Kalazion
merupakan gangguan kelopak mata tanpa nyeri yang sering terjadi dimana
penyumbatan dikelenjar Meibom menyebabkan glanduloma pada lempeng tarsal.
(Oftamologi,2006 hal: 85)
Jadi,
Kalazion merupakan suatu gangguan peradangan granulomatosa tanpa nyeri yang
sering terjadi karena penyumbatan kelenjar Meibom.
2. Etiologi
a. Sumbatan pada kelenjar
Meibom. Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea, yang menghasilkan minyak yang
membentuk permukaan selaput air mata.
b.
Penyakit mata lainnya:
blefaritis ulseratif, dan hordeolum
3. Patofisiologi
Riwayat blefaritits,
hordeolum dan penyumbatan spontan yang terjadi pada saluran kelenjar Meibom
menyebabkan terjadinya sumbatan pada drainase normal kelenjar Meibom. Sumbatan
pada drainase normal kelenjar Meibom menyebabkan terjadinya penumpukkan sekresi
kelenjar Meibom. Penumpukkan sekresi tersebut akan menimbulkan terjadinya
reaksi inflamasi/peradangan pada kelenjar Meibom sehingga timbul jaringan
granulasi/ jaringan ikat dan hialin dan peradangan kronis pada kelenjar Meibom
yang disebut dengan kalazion. Masa yang terbentuk dari jaringan granulasi
tersebut tampak sebagai nodul pada kelopak mata yang tidak nyeri, teraba keras
dan terfiksir pada tarus.
4. Manifestasi klinis
a.
Kelopak mata
membengkak
b.
Nyeri dan mengalami
iritasi.
c.
Pembengkakan bundar
tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secaraperlahan.
d.
Di bawah kelopak mata
terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu
5. Komplikasi
a.
Astigmatisma
Kelainan refraksi
sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik. Hal ini bisa disebabkan
oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga massa tersebut menekan permukaan
kornea yang mengakibatkan terjadinya perubahan kelengkungan kornea.
Kelengkungan kornea yang bertambah mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke
retina tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik ,
sehingga bayangan yang dihasilkan tampak silendris.
b.
Meibomianitis
Infeksi pada kelenjar
meibom dapat terjadi jika kalazion terkontaminasi oleh debu atau pun bakteri
dan virus yang di akibatkan oleh kurangnya personal higiene seseorang terutama
pada daerah kelopak mata, Sehingga terjadi peradangan pada kelenjar meibom.
c.
Blefaritistarsus
superior
Peradangan pada kelopak
mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi dan alergi. Blefaritis dapat terjadi
jika kebersihan kelopak mata tidak diperhatikan, selain itu insisi pada
kalazion yang tidak steril juga dapat menyebabkan peradangan pada kelopak mata.
d.
Obstruksi duktus lakrimalis
Penyumbatan kelenjar
air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar. Sehingga akan menekan
kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan saluran kelenjar air mata menjadi
tersumbat dan kehilangan fungsinya ( tamsuri anas, 2011).
6. Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang umum
dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah pemeriksaan fisik pada kelopak
mata pasien.
Inpeksi
: pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat
adanya nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul menonjol ke arah
konjungtiva dan tampak adanya daerah berwarna kemerahan pada palpebra bagian
dalam.
Palpasi
: pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan
adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b.
Pemeriksaan
Histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion
terjadi berulang kalisehingga
dicurigai keganasan
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
-
Eksisi bedah
dilakukan melalui sayatan vertical ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan
hati-hati.
-
Penyuntikan steroid ke dalam lesi juga da manfaatnya untuk lesi kecil, dan dikombinasikan
dengan tindakan bedah untuk kasus sulit.
-
Biopsy diindikasikan
untuk kalasion yang kambuhan, karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat
mirip kalasion.
b. Penatalaksanaan
keperawatan
Diberikan kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4
kali/hari, kadang dapat sembuh atau hilang sendiri karena di absorbsi,
atau dapat dilakukan ekskokleasi isi abses di dalamnya atau ekstirpasi. Pengompresan akan melunakkan minyak yang
mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta penyembuhan.
8. Pencegahan
a.
Selalu mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar mata dan Bersihkan minyak
yang berlebihan di tepi kelopak mata secara perlahan.
b.
Jaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah
c.
Jaga kebersihan
peralatan make-up mata
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORITIS KALASION
1.
Pengkajian
a.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama
2.
Riwayat penyakit
sekarang
Pengkajian RPS yang
mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan tentang apa
yang diderita oleh pasien dan terapi yang diberikan.
3.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit
terdahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah klien sebelumnya klien pernah
menderita penyakit seperti sekarang atau yang berhubungan dengan penyakit
pasien. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa
lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Sering
kali klien tidak bisa membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping obat.
4.
Riwayat keluarga
Perawat menanyakan
tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta bila ada anggota keluarga
yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. Bisa dibuat genogram
dengan disertai keterangannya.
5.
Riwayat pekerjaan dan
kebiasaan
Perawat menanyakan
situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan social ditanyakan dengan
menanyakan kebiasaan dalam pola hidup. Di samping pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas, maka data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui,
yaitu: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang di anut
oleh klien.
b.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum pasien
- Kesadaran
umum
- Gejala
kardinal
-
TD : 90-120/60-80 mmHg
-
RR : 12-24x/menit
-
Nadi : 60-100x/menit
-
S : 36, 8- 37,4 oC
2.
Kaji Keadaan Mata
Inspeksi : Kaji adanya benjolan atau
nodul diatas atau dibawah kelopak mata, bengkak, kemerahan, dan pus
Palpasi : Kaji adanya nyeri tekan
Kaji lapang pandang
Kaji visus atau ketajaman mata dengan snelen chart
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
b.
Resiko cidera
c.
Gangguan citra tubuh
d.
Resiko infeksi
e.
Ansietas
3.
Perencanaan
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan persepsi sensori: pengelihatan
berhubungan dengan :
¨ Perubahan
organ sensori pengelihatan.
ditandai dengan :
DS:
¨ Pasien
mengatakam penglihatannya terganggu karena ada benjolan di matanya,
¨ Pasien
mengatakan pandangannya tertutup sebagian olah benjolan di matanya
¨ Pasien
mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas.
DO:
¨ Terdapat
nodul pada kelopak mata pasien,
¨ Nodul
teraba keras dan terfiksir pada tarsus
¨ nodul
tampak besar dan menutupi sebagian mata pasien,
¨ Test
lapang pandang menunjukkan pasien mengalami keterbatasan lapang pandang.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24
jam diharapkan gangguan persepsi
sensori teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Pasien dapat melihat dengan jelas dan
pengelihatan pasien tidak terganggu.
2.
Lapang pandang pasien baik.
3.
Nodul mengecil atau hilang.
|
Mandiri
:
1.
Observasi ketajaman penglihatan dan
lapang pandang pasien.
2.
Lakukan kompres hangat pada benjolan
yang terdapat pada kelopak mata.
3.
Anjurkan pasien untuk melakukan
kompres hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di rumah.
Kolaborasi
:
4.
Kolaborasi dalam pemberian injeksi
kortikosteroid (triamconolone, methylprednisolone).
5.
Kolaborasi dengan ahli bedah dalam
merencanakan dan melakukan pembedahan bila kalazion terus membesar,
mengganggau secara kosmetik dan terjadi berulang.
|
1.
Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan individu dan menentukan intervensi yang tepat.
2.
Pengompresan yang dilakukan akan
mendorong timbulnya resolusi dari penyumbatan diktus dan menbantu drainase
sebum.
3.
Pengompresan yang lebih sering oleh
pasien akan lebih cepat mendoronga resolusi dari penyumbatan duktus,
mempermudah drainase dan mempercepat penyembuhan.
4.
Pemberian kortikosteroid dapat
menurunkan peradangan dan dapat mendorong regresi dari kalazion.
5.
Pembedahan akan membantu menghilangkan
jaringan granuloma yang terbentuk pada kelopak mata, pembedahan dapat
dilakukan dengan cara kuretase granuloma untuk kalazion kecil dan diseksi
untuk kalazion yang lebih besar.
|
2.
|
Resiko cidera berhubungan dengan:
¨ Keterbatasan
pengelihatan akibat nodul.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam
diharapkan cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1.
Pasien tidak mengalami cidera.
2.
Nodul dapat berkurang atau hilang.
|
Mandiri:
1.
Observasi ketajaman penglihatan dan
lapang pandang pasien.
2.
Jauhkan alat-alat yang berpotensi
menimbulkan bahaya misalnya: gunting, pisau, barang pecah belah.
3.
Anjurkan pada pasien untuk membatasi
aktivitas khususnya aktivitas bepergian menggunakan kendaraan.
4.
Libatkan keluarga dalam pengawasan
pasien.
|
1.
Observasi dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan individu dan menentukan intervensi yang tepat.
2.
Menghindarkan pasien dari luka tusuk
atau gores yang diakibatkan oleh benda tajam.
3.
Mencegah terjadinya cidera dan
menghindari terjadinya kecelakaan akibat berkendaraan.
4.
Pengawasan dari keluarga akan membantu
dalam menjaga keselamatan pasien.
|
3.
|
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan:
¨ Perubahan struktur tubuh
¨ Cedera
¨ Penyakit
ditandai dengan:
DS:
¨ Pasien
mengatakan malu dengan keadaannya
¨ Pasien
mengatakan terdapat benjolan pada kelopak matanya dan tidak hilang selama
berminggu-minggu.
DO:
¨ Pasien
tampak malu,
¨ Pasien
tampak tidak mau melihat kelopak matanya
¨ Tampak
nodul pada kelopak mata pasien.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam
diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan citra tubuhnya dengan kriteria
hasil:
1.
Pasien mengatakan tidak malu lagi
dengan keadaannya.
2.
Pasien mau melihat kelopak matanya
lagi.
3.
Benjolan pada kelopak mata pasien
berkurang atau hilang.
|
Mandiri :
1.
Observasi adanya gangguan citra diri
pasien (ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi keadaan malu terhadap
kondisinya).
2.
Identifikasi stadium psikososial tahap
perkembangan.
3.
Berikan kesempatan untuk pengungkapan.
Dengarkan (dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi).
4.
Dukung dan dorong pasien, berikan
perawatan dengan positif.
5.
Dorong sosialisasi dengan orang lain.
6.
Anjurkan pasien untuk melakukan
kompres hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di rumah.
|
1.
Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang
terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.
2.
Mengetahui hubungan antara stadium
perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi
matanya.
3.
Pasien membutuhkan pengalaman yang
harus didengarkan dan dipahami.
4.
Pemberi perawatan kadang- kadang
memungkinkan penilaian untuk mempengaruhi perawatan pasien dan kebutuhan
untuk membuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
5.
Bersosialisasi dengan orang lain dapat
meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi pasien.
6.
Pengompresan yang lebih sering oleh
pasien akan lebih cepat mendoronga resolusi dari penyumbatan duktus,
mempermudah drainase dan mempercepat penyembuhan.
|
4.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan:
¨ Riwayat
infeksi dan hygiene yang buruk.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1.
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
(rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa) dan adanya pus.
2.
Pasien dapat menjaga kebersihan
matanya.
|
Mandiri:
1.
Observasi adanya tanda-tanda infeksi
(rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa serta adanya pus).
2.
Observasi suhu tubuh pasien dan
timbulnya demam.
3.
Pada wanita, anjurkan untuk sementara
tidak menggunakan tat arias.
4.
Anjurkan pasien segera lapor jika
terdapat tanda-tanda infeksi, meningkatnya kemerahan, adanya drainase
purulen, dan penurunan visus.
5.
Anjurkan pasien untuk tidak menutup,
memegang atau menekan bagian kelopak mata yang mengalami peradangan.
6.
Beritahu pasien untuk menjaga
kebersihan perorangan, terutama mata.
Kolaborasi:
7.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
salep mata, tetes mata atau oral ( tetrasiklin, metronidazole)
|
1.
Observasi dilakuakn untuk deteksi dini
terhadap terjadinya infeksi.
2.
Peningkatan suhu tubuh dapat
mengidentifikasikan terjadinya infeksi.
3.
Tata rias yang digunakan merupakan
allergen dan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang akan
menimbulkan infeksi.
4.
Meningkatnya kemerahan, adanya
drainase purulen, dan penurunan visus merupakan tanda terjadinya infeksi
sekunder. Pengenalan dini terhadap tanda-tanda tersebut akan mempercepat
dimulainya tindakan untuk mencegah memburuknya kondisi pasien.
5.
Kebiasaan pasien untuk menutupi
matanya, memegangi aatau menekan kelopak mata yang mengalami peradangan dapat
menimbulkan infeksi.
6.
Infeksi dapat terjadi karena
kebersihan yang kurang baik.
7.
Obat antibiotic yang diberikan dapat
membantu menurunkan peradangan dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.
|
5.
|
Ansietas berhubungan dengan :
¨ perubahan
status kesehatan dan prosedur operasi
¨ Stress
¨ Status
kesehatan
ditandai dengan:
DS:
¨ Pasien
mengatakan cemas dengan keadaannya
¨ Pasien
mengatakan cemas dengan prosedur operasi yang akan dilkukan.
DO:
¨ Pasien
tampak cemas
¨ Pasien
tampak gelisah.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
...x24jam diharapkan ansietas pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Pasien mengatakan tidak cemas lagi.
2.
Wajah pasien tampak tenang.
3.
Pasien tidak gelisah.
|
Mandiri:
1.
Observasi kekhawatiran pasien dan
tingkat pemahaman pasien mengenai kesehatannya.
2.
Observasi apakah pasien mengetahui
tentang kondisi dirinya.
3.
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan
pasien. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai
diri dan mengenali serta mengatasi masalah.
4.
Jaga agar pasien mendapatkan informasi
yang benar; memperbaiki kesalahan persepsi atau informasi.
5.
Diskusikan bersama klien tentang apa
yang akan dikerjakan dan mengapa perlu dilakukan. Jelaskan prosedur
pembedahan yang akan dilakukan.
6.
Berikan aktivitas pengalih.
|
1.
Perawat mengklarifikasi informasi dan
memfasilitasi pemahaman dan koping pasien.
2.
Memberikan data dasar untuk
mengembangkan rencana penyuluhan.
3.
Tindakan ini memberi kesempatan pada
petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan
realitas situasi. Ketakutan merupakan unsure yang dapat merusak adaptasi
pasien.
4.
Pasien harus memiliki perasaan bahwa
ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan
manfaatnya.
5.
Diskusi yang dilakukan bersama pasien
dapat meningkatkan pemahaman pasien mengenai tindakan yang dilakukan sehingga
mengurangi kecemasan dan pasien kooperatif dalam mengikuti terapi yang
diberikan.
6.
Aktivitas pengalihan seperti mengajak
bicara berguna untuk mengurangi kecemasan pasien.
|
4.
Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan
setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur tekhnik
yang telah ditentukan.
a. Implementasi
merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan (tidakan keperawatan) yang telah direncanakan. ( Aziz, 2006).
b. Implementasi merupakan pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (
Effendi, 1995).
5.
Evaluasi
1.
Tidak ada gangguan
persepsi sensori
2.
Tidak ada resiko cidera
3.
Citra tubuh positif
4.
Tidak terjadi resiko
infeksi
5.
Pasien tidak ansietas
No comments:
Post a Comment