LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM
A.
DEFINISI
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar
melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru
lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.
Sepsis
neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik
dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.(perawatan bayi beriko
tinggi, penerbit buku kedoktoran, jakarta : EGC).
Sepsis
neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500
atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). Pada lebih dari 50% kasus, sepsis
mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul
dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari
atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat
di rumah sakit).
Pembagian
Sepsis:
1.
Sepsis dini : terjadi 7 hari
pertama kehidupan. Karakteristik :
sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan
angka mortalitas tinggi.
2.
Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu
pertamakehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari
kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
B.
ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis
neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Jenis bakteri
bervariasi tergantung pada tempat dan waktu:
1. Streptococcus group B
2. Bakteri enteric dari saluran kelamin
ibu
3. Virus herpes simplek
4. Enterovirus
5. E. coli
6. Candida
7. Stafilokokus
Beberapa komplikasi kehamilan yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :
1.
Perdarahan atau infeksi pada ibu
2.
Demam yang terjadi pada ibu
3.
Infeksi pada uterus atau plasenta
4.
Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
5.
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau
lebih sebelum melahirkan)
6.
Proses kelahiran yang lama dan sulit
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Pada bayi baru lahir, infeksi harus
dipertimbangkan pada diagnosis banding tanda-tanda fisik. Semua ini mungkin
mempunyai penjelasan noninfeksi. Bila banyak sistem terlibat atau bila
tanda-tanda kardiorespirasi menunjukkan sakit berat, maka sepsis harus dipikirkan.
Gejalanya
tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya :
a.
Infeksi pada tali pusar
(omfalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar.
b.
Infeksi pada selaput
otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, opistotonus
(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c.
Infeksi pada tulang (osteomielitis)
menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang
terkena
d.
Infeksi pada persendian
bisa menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena
teraba hangat
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) bisa
menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.
Tanda
awal mungkin terbatas pada hanya satu sistem, seperti apnea, takipnea dengan
retraksi, atau takikardia, namun pemeriksaan laboratorium dan klinis secara
menyeluruh biasanya akan mengungkapkan kelainan lainnya (lihat Tabel 95-2).
Bayi yang tersangka sepsis seharusnya diperiksa untuk mengetahui penyakit
sistem multiorgan. Asidosis metabolik sering terjadi. Hipoksemia dan retensi karbondioksida
dapat dikaitkan dengan sindrom disters pernapasan kongenital dan dewasa (RDS)
atau penumonia.
Banyak
bayi baru lahir yang terinfeksi tidak memiliki kelainan fisiologi sistemik yang
serius. Banyak bayi dengan pneumonia dan bayi dengan NEC stadium II tidak
menderita sepsis. Sebaliknya, NEC stadium III biasanya disertai oleh gejala
sistemik sepsis, dan infeksi saluran kencing (UTI) akibat uropati obstruktif,
dapat mempunyai kelainan hematologis dan hepatis yang serupa dengan sepsis.
Setiap bayi harus dievaluasi kembali sepanjang waktu untuk menentukan apakah
perubahan fisiologis akibat infeksi telah mencapai tingkat sedang hingga berat
yang konsisten dengan sepsis.
Manifestasi
akhir sepsis meliputi tanda-tanda edema serebral dan/atau trombosis, gagal
napas sebagai akibat sindrom disters respirasi didapat (ARDS), hipertensi
pulmonal, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit hepatoseluler dengan
hiperbilirubinemia dan peningkatan enzim, waktu protrombin [prothrombin time (PT)]
dan waktu tromboplastin parsial (partial thromboplastin time [PTT] yang
memanjang, syok septik, perdarahan adrenal disertai insufisiensi adrenal,
kegagalan sumsum tulang (trombositopenia, netropenia, anemia), dan koagulasi
intravaskular diseminata (diseminated intravascular coagulation [DIC]).
- PATOGENESIS
Sepsis
dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik
yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).
Patogenesis
juga dapat terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan pascanatal yaitu :
1. Antenatal
Terjadi karena adanya
faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilicus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
influeza, dan masih banyak yang lain.
2. Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang
terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman.
3. Pascanatal
Infeksi yang terjadi
sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan
di luar rahim, (misalnya : melalui alat-alat, penghisap lendir, selang
endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka
umbillikus.
Selain dari faktor
patofisiologi ada beberapa faktor yang menyebabkan, yaitu :
Faktor
Predisposisi
Terdapat
berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi
sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya
sepsis. Faktor tersebut adalah :
-
Penyakit infeksi yang
diderita ibu selama kehamilan
-
Perawatan antenatal
yang tidak memadai
-
Ibu menderita
eklampsia, diabetes mellitus
-
Pertolongan persalinan
yang tidak hygiene, partus lama, partus dengan tindakan.
-
Kelahiran kurang bulan,
BBLR, dan cacat bawaan.
-
Adanya trauma lahir,
asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
-
Tidak menerapkan rawat
gabung.
-
Sarana perawatan yang
tidak baik, bangsal yang penuh sesak
-
Ketuban pecah dini
F.
KOMPLIKASI
Meningitis,
hipoglekimia, asidosis metabolik, koagulopati, disfungsi miokard, perdarahan
intrakranial, ikterus/kernikterus.
G.
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan cara :
a. Pada
masa Antenatal
Perawatan
antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, iminisais,
pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan
yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ke tempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada
saat Persalinan
Perawatan
ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan
diperlukan sebagai tindakan operasi, tindakan intervensi pada ibu dan bayi
seminimal mungkin dilakukan. Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama
proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput
lendir.
c. Pada
masa sesudah persalinan
Perawatan
sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan agar tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan sendiri. Tindakan invasif harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus
mencuci tangan terlebih dahulu dan bayi yang berpenyakitan menular harus
diisolasi, dan pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui
pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
H.
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan pada sepsis
neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum
dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor
pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan
mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental.
Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol,
eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
I.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang atau laboraturium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
a. Skrining
sepsis yang rutin.
- Hitung
jenis darah lengkap.
- Kultur
darah.
- Apusan
bahan dari bagian yang mengalami inflamasi.
- Apusan
dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).
- Urine
secara mikroskopis dan kultur.
- Rontgen
thoraks.
- C-reaktif
protein.
b. Tes
rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.
- Lumbal
pungsi,
- Kultur
dan gram dari aspirasi lambung.
- Kultur
dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
- Kultur
dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
- Kultur
dari drainase dada.
- Kultur
dari kateter vaskular.
- Kultur
darah kwantitatif atau kultur darah multipel.
- IgG
konsentrasi serial untuk spesifik organisme.
- IgM
konsentrasi untuk organisme spesifik.
- Buffy
coat secara mikroskopik.
c. Tes
tidak rutin atau tes baru
- Lateks
aglutinasi tes.
- Serum
interleukin dan TNFa.
- Immunoelektroforesis.
- Acridin orange
leukosit cystopin test.
Komponen
dari skrining sepsis adalah:
1.
C-Reaktive Protein >10
mg/L.
Sensitivitas tes ini:
47-100.
Spesifik: 83-94.
2.
Total Leucocyte Count (TLC) < 5.000, >15.000.
Sensitivitas tes ini: 17-89.
Spesifik: 81-98.
3.
Absolute Neutrophil Count (ANC) <>
Sensitivitas tes ini:
38-96.
Spesifik: 61-92.
4.
Immature Total Ratio (ITR)
>20
Sensitivitas tes ini:
90-100.
Spesifik: 50-78.
5.
Micro-ESR (mESR) > umur
dalam hari+ 3 mm.
Sensitivitas: 27-50.
Spesifik: 83-99.
J.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Umum
a)
Rawat dalam ruang isolasi /
inkubator.
b)
Cuci tangan sebelum dan
sesudah memeriksa bayi.
c)
Pemeriksaan harus memakai
pakaian ruangan yang telah disediakan.
d) Pengaturan
suhu dan posisi bayi
2. Khusus
a)
Terapi Suportif
Segera berikan cairan
secara parentral untuk memperbaiki gangguan sirkulasi, mengatasi dehidrasi dan
kelainan metabolik. Berikan oksigen bila didapat gangguan respirasi/sodroma
gawat napas.bila ditemukan hiperbiliribinemia lakukan foto terapi/tranfusi
tukar. Bila sudah makan per oral beri ASI atau susu
formula.
b)
Terapi Spesifik
Segera berikan anti biotika
polifragmasi :
Penatalaksaan infeksi
1. Ampisilin, dosis 100 mg/kg BB/
hari.dibagi 2 dosis.
2. Gentamisin, dosis 21/2 mg/ kgBB/
18jam. Im sekali pemberian untuk bayi cukup bulan.
3. Gentasimin, dosis 21/2 kgBB/24
jam, sekali pemberian, untuk bayi kurang
bulan.
4. Lama pemberian 3-5 hari
dinilai apakah menjadi sepsis. Kalau tidak antibiotika,dapat
dihentikan.
Sepsis Neonatorum
1. Pilihan pertama :
Ceftazidim 50 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 2 dosis.
2. Bila tidak ada perbaikan
klunis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke
antibiotika lain yang lebih paten, misalnya : 20 mg/kg/BB iv, tiap 8jam, atau
sesuai dengan hasil resistensi test. Lama pemberian 7-10
hari.
Sepsis
Neonatorum Dengan
Meningitis
Sama dengan butir dua,
dengan catatan : dosis ceftazidim 100 mg/kgBB/hari, dosis menjadi 40
mg/kgBB/hari, dengan lama pemberian 14-21 hari.
No comments:
Post a Comment