A. Diagnosa
1. Resiko
syok berhubungan dengan perdarahan yang banyak.
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, immobilisasi,
stress dan cemas.
3. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen tulang yang
berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.
B. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Resiko
syok berhubu-ngan dengan perdarahan yang banyak
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak sampai mengalami syok, dengan
kriteria hasil :
1. Perdarahan
pada daerah vaskuler yang mengalami kerusakan terhenti.
2. Aliran
darah ke semua jaringan tubuh tercukupi
3. Tidak
terjadinya disfungsi seluler
|
MANDIRI:
1. Observasi
tanda-tanda vital.
2. Kaji
sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan
3. Berikan
posisi supinasi
4. Berikan
banyak cairan (minum)
KOLABORASI:
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian infus IV koloid 30-40 mg/kg BB
6.
Pemberian obat koagulansia
(vitamin K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dengan fiksasi.
7.
Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hematokrit)
|
1.Untuk
mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
2.Untuk
menentukan tindakan selanjutnya
3.Untuk
mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak dan ke organ
ektremitas atas lainnya
4.Untuk
mencegah kekurangan cairan (mengganti cairan yang hilang)
5.Pemberian
cairan perinfus dapat membantu intake pasien dalam menjaga fluid balance dalam tubuh
6.Membantu
proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan.
7.Untuk
mengetahui kadar Hb, Hematokrit apakah perlu transfusi atau tidak.
|
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, immobilisasi,
stress dan cemas
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu melakukan yang ingin dilakukan
sendiri dengan mempergunakan ekstremitas atas tanpa melibatkan mobilisasi
dari ekstremitas bawah terutama yang mengalami kerusakan, dengan kriteria
hasil :
1. Kerusakan
neuromuskuler skeletal tidak bertambah parah akibat mobilisasi yang
dipaksakan
2. Stress
teratasi secepat dan sedini mungkin agar pasien kooperatif dan mau mengikuti
saran perawat untuk tidak terlalu banyak bergerak
3. Kecemasan
terhadap intoleransi aktivitas yang di sangka pasien akan berlangsung lama
hilang.
|
MANDIRI:
1. Kaji
tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi ter- sebut.
2. Dorong
partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran, dan
lain-lain yang tidak melibatkan ekstremitas bawah).
3. Anjurkan
pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang
tidak.
4. Bantu
pasien dalam perawatan diri
5. Auskultasi
bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar BAB teratur.
KOLABORASI :
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
7. Konsul
dengan bagi- an fisioterapi
|
1. Mengkaji
tingkat imobilisasi pasien dapat menentukan tindakan selanjutnya
2. Memberikan
ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian,meningkatkan
perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
3. Meningkatkan
aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan
mobilitas sendi, mencegah kontraktur/atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.
4. Meningkatkan
ke- kuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol
situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5. Bedrest,
penggunaan analgetika dan pe- rubahan diet dapat menyebabkan penurunan
peristaltik usus dan konstipasi.
6. Mempercepat
proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi
penurunan BB (20 - 30 lb à
untuk pasien yang sudah dilakukan traksi)
7. Untuk
menentukan program latihan.
|
3. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen tulang yang
berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 5x24 jam diharapkan pasien mampu menggerakkan bagian tubuh yang
mengalami inkontinuitas, dengan kriteria hasil :
1. Pasien
mampu melakukan ROM aktif, body
mechanic, dan ambulasi dengan perlahan
2. Neuromuskuler
dan skeletal tidak mengalami atrofi dan terlatih
3. Pasien
mampu sedini mungkin melakukan mobilisasi apabila kontinuitas neuromuskuler
dan skeletal berada dalam tahap penyembuhan total
|
MANDIRI :
1. Kaji
tingkat kemampuan ROM aktif pasien
2. Anjurkan pasien untuk melakukan body mechanic dan ambulasi
3. Berikan
sokongan (support) pada ekstremitas
yang luka
4. Ajarkan
cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam mobilisasi seperti body mechanic ROM aktif, dan ambulasi
KOLABORASI :
5. Kolaborasi
dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang
belum boleh digerakkan
|
1. ROM
aktif dapat membantu dalam mempertahankan/
meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi
cardiorespirasi, dan mencegah kontraktur dan kekakuan sendi
2. Body mechanic dan
ambulasi merupakan usaha koordinasi diri muskuloskeletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat
3. Memberikan
sokongan pada ekstremitas yang luka dapat mingkatkan kerja vena, menurunkan
edema, dan mengurangi rasa nyeri
4. Agar
pasien terhindar dari kerusakan kembali pada ekstremitas yang luka
5. Penanganan
yang tepat dapat mempercepat waktu penyembuhan
|
No comments:
Post a Comment