Friday, 27 April 2012

Contoh Diagnosa dan Intervensi Askep Gangguan Mobilitas Fisik


A. Diagnosa
1.   Resiko syok berhubungan dengan perdarahan yang banyak.
2.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, immobilisasi, stress dan cemas.
3.   Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen tulang yang berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.
B.  Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.   Resiko syok berhubu-ngan dengan perdarahan yang banyak
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak sampai mengalami syok, dengan kriteria hasil :
1.    Perdarahan pada daerah vaskuler yang mengalami kerusakan terhenti.
2.    Aliran darah ke semua jaringan tubuh tercukupi
3.    Tidak terjadinya disfungsi seluler
MANDIRI:
1.  Observasi tanda-tanda vital.

2.  Kaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan
3.  Berikan posisi supinasi





4.  Berikan banyak cairan (minum)


KOLABORASI:
5.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus IV koloid 30-40 mg/kg BB

6.  Pemberian obat koagulansia (vitamin K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dengan fiksasi.
7.  Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hematokrit)


1.Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
2.Untuk menentukan tindakan selanjutnya

3.Untuk mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak dan ke organ ektremitas atas lainnya
4.Untuk mencegah kekurangan cairan (mengganti cairan yang hilang)

5.Pemberian cairan perinfus dapat membantu intake pasien dalam menjaga fluid balance dalam tubuh
6.Membantu proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan.
7.Untuk mengetahui kadar Hb, Hematokrit apakah perlu transfusi atau tidak.
2.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, immobilisasi, stress dan cemas
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu melakukan yang ingin dilakukan sendiri dengan mempergunakan ekstremitas atas tanpa melibatkan mobilisasi dari ekstremitas bawah terutama yang mengalami kerusakan, dengan kriteria hasil :
1.   Kerusakan neuromuskuler skeletal tidak bertambah parah akibat mobilisasi yang dipaksakan
2.   Stress teratasi secepat dan sedini mungkin agar pasien kooperatif dan mau mengikuti saran perawat untuk tidak terlalu banyak bergerak
3.   Kecemasan terhadap intoleransi aktivitas yang di sangka pasien akan berlangsung lama hilang.
MANDIRI:
1.      Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut.
2.      Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran, dan lain-lain yang tidak melibatkan ekstremitas bawah).



3.      Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.






4.      Bantu pasien dalam perawatan diri







5.      Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar BAB teratur.

KOLABORASI :
6.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet tinggi protein, vitamin,  dan mineral.





7.      Konsul dengan bagi- an fisioterapi


1.   Mengkaji tingkat imobilisasi pasien dapat menentukan tindakan selanjutnya



2.   Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi, memusatkan per- hatian,meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
3.   Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur/atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
4.   Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5.   Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan diet dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi.

6.   Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb à untuk pasien yang sudah dilakukan traksi)
7.   Untuk menentukan program latihan.
3.   Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen tulang yang berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien mampu menggerakkan bagian tubuh yang mengalami inkontinuitas, dengan kriteria hasil :
1.   Pasien mampu melakukan ROM aktif, body mechanic, dan ambulasi dengan perlahan
2.   Neuromuskuler dan skeletal tidak mengalami atrofi dan terlatih
3.   Pasien mampu sedini mungkin melakukan mobilisasi apabila kontinuitas neuromuskuler dan skeletal berada dalam tahap penyembuhan total

MANDIRI :
1.   Kaji tingkat kemampuan ROM aktif pasien









2.    Anjurkan pasien untuk melakukan body mechanic dan ambulasi






3.   Berikan sokongan (support) pada ekstremitas yang luka






4.   Ajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam mobilisasi seperti body mechanic ROM aktif, dan ambulasi
KOLABORASI :
5.   Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh digerakkan

1.     ROM aktif dapat membantu  dalam mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi cardiorespirasi, dan mencegah kontraktur dan kekakuan sendi
2.     Body mechanic dan ambulasi merupakan usaha koordinasi diri muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat
3.     Memberikan sokongan pada ekstremitas yang luka dapat mingkatkan kerja vena, menurunkan edema, dan mengurangi rasa nyeri
4.     Agar pasien terhindar dari kerusakan kembali pada ekstremitas yang luka



5.     Penanganan yang tepat dapat mempercepat waktu penyembuhan

No comments: