Monday, 17 September 2012

FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA


Seks secara genetik ditentukan oleh dua kromosom. Untuk membedakannya dari kromosom lain dinamakan kromosom X dan kromosom Y. Kromosom terbentuk segera setelah pembelahan sel yang dimulai pada waktu perkembangan embrio. Pada minggu ketujuh kehamilan, embrio mempunyau saluran genetalia primordial pada laki-laki dan wanita, masing-masing berkembang menjadi epididimis dan duktus deferens pada laki-laki dan terbentuknya genetalia pada wanita.
Setelah lahir, kedua kelenjar kelamin tenang sampai diaktifkan oleh gonadotrophin hipofisis untuk melaksanakan pematangan terakhir dari sistem reproduksi yaitu pada masa pubertas dimana fungsi endokrin dan gametonik dari perkembangan pertama sampai kemungkinan terjadi reproduksi. Pada anak usia 7-10 tahun terdapat peningkatan sekresi esterogen dan endrogen yang lambat dan peningkatan akan lebih cepat pada umur belasan tahun.
Fisiologi sperma
Mortilitas dan fertilitas sperma terjadi karena gerakan flagella melalui medium cairan. Sperma normal cendering untuk bergerak lurus dari pada berputar. Aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa. Pada medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat. Aktivitas sperma dapat meningkatkan kebersamaan dengan peningkatan suhu dan kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus genetalia wanita hanya dapat hidup 1-2 hari.

A.    Fungsi vesikula seminalis
Epitel sekretorik menyekresi bahan mukus yang mengandung fruktosa, asam sitrat, prostaglandin, dan fibrinogen. Setelah itu vas diferens mengeluarkan sperma dan menambah semen yang diejakulasi, fruktosa, dan gizi lainnya yang dibutuhkan oleh sperma untuk membuahi ovum. Prostaglandin membutuhkan proses pembuahan yang bereaksi dengan mukus serviks dan membuat lebih reseptif (menerima) terhadap gerakan sperma untuk menggerakan sperma sampai mencapai ke ujung atas tuba falopii dalam waktu 5 menit.
B.     Semen
Cairan semen berasal dari vas deferens dan merupakan cairan yang terakhir diejakulasi. Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula seminalis membentuk kuagulum yang lemah.
Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genetalia pria setelah sperma diejakulasi kedalam semen, akan tetapi jangka hidup sperma maksimal 24-48 jam.

C.    Spermatogenesis
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinatifum yang berukuran kecil dinamakan spermatogenia, menjadi spermatosit, dan membelah diri membentuk 2 spermatosit yang masing-masing mengandung 23 kromosom setelah beberapa minggu menjadi spermatozoa. Spermatid pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid kemudian sitoplasma menghilang lalu spermatid memanjang menjadi spermatozoa yang terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor.
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke semoniferus selama 8 jam – 10 hari hngga mengalami proses pematangan. Epididimis menyekresi cairan yang mengandung hormon enzim dan gizi yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar terdapat pada vas diferens dan sebagian kecil di dalam epididimis.

D.    Pematangan sperma
Setelah terbentuk dalam tubulus semineferus sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis. Sperma bergerak dari tubulus seminiferus ke bagian awal epididimis selama 18-24 jam. Sperma memiliki kemampuan memotivasi walaupun beberapa faktor menghambat cairan dalam epididimis untuk mencegah mobilitas setelah ejakulasi menyekresi cairan yang mengandung hormon testosteron dan esterogen, enzim-enzim, serta nutrisi khusus untuk pematangan sperma.

E.     Penyimpanan sperma
Kedua testis dapat membentuk sperma ± 120 juta setiap hari. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis, sedangkan sebagian besar sisanya disimpan dalam vas diverens dan ampula vas deferens sehngga dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genitalis selama satu bulan. Dengan aktivitas seksualitas yang tinggi, penyimpanan hanya beberapa hari saja.

F.     Fungsi kelenjar prostat
Kelenjar prostat berfungsi menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion phospat, enzim pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deference sehingga cairan encer dapat dikeluarkan untuk menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat memungkinkan ntuk keberhasilan fertilisasi (gumpalan) ovum karena cairan vas deferens sedikit asam. Cairan prostat menetralisir sifat asam dari cairan lain setelah ejakulasi.

G.    pengaturan hormone
Testis dikontrol oleh LH(Luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone), yang kerjanya mengaktifkan CAMP pada gonad. LH bekerja pada sel Leydig, mengatur sekresi testosteron. FSH bekerja pada sel Sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis.Sekresi FSH dan LH distimulasi oleh GnRH(Gonadotropin releasing hormone) hipotalamus. Testosteron dan inhibin mempengaruhi sekresi LHdan FSH. Testosteron memiliki feedback negative terhadap sekresi LH dalam dua cara: mengurangi pelepasan GnRH oleh hipotalamus dan secara langsung mengurangi produksi LH pada hipofisis. Maka, efek testosterone lebih besar pada penghambatan pelepasan LH daripada FSH yang hanya dihambat oleh inhibin secara langsung pada hipofisis.
TSH dan testosteron berperan dalam mengontrol spermatogenesis dengan bekerja pada sel sertoli. Testosteron bekerja pada saat mitosis dan meiosis, sedangkan FSH bekerja saat remodeling spermatid. Testosteron disintesis dari kolesterol di testis. Karena merupakan hormon yang lipid-soluble, hormon ini langsung berdifusi keluar dari sel Leydig ke interstitial dan darah. Pada genitalia eksterna dan prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron.
GnRH pada pubertas Testosteron telah disekresi testis sejak fetus, menyebabkan maskulinisasi system reproduksi, Namun setelah lahir, testis akan dorman hingga masa pubertas. Masa pre-pubertas penting untuk mempersiapkan fisik untuk reproduksi. Selama pre-pubertas, LH dan FSH tidak disekresi adekuat untuk menstimulasi aktivitas testis. Selain itu, aktivitas GnRH juga di inhibisi selama pre-pubertas. Pubertas (usia 8-12 tahun) dimulai dengan sekresi GnRH (banyak pada malam hari),menyebabkan kenaikan level testosteron yang menyebabkan munculnya karakteristik sexsekunder. Faktor yang menginisiasi pubertas belum diketahui secara jelas. Beberapa teori mengarah pada peran hormon Melatonin yang memiliki efek antigona ditropic. Melatonin disekresi berdasarkan ekspos terhadap cahaya. Cahaya yang masuk ke mata menginhibisi jaras saraf yang mengatur sekresi melatonin.

H.    Duktus dan Organ Asesoris Pada Reproduksi Pria
Tekanan yang diberikan oleh cairan dari sel Sertoli menekan sperma ke arah rete testis, kemudian ke duktus efferent yang berstruktur coiled, dan akhirnya ke pididimis. Pididimis merupakan saluran berbentuk koma sepanjang 4 cm yang berfungsi untu maturasi sel sperma.Dalam duktus ini banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang terdapat pada lapisan otot dan jaringan ikatnya. Di bagian inilah sperma mendapatkan kemampuan motilitas dan fertilisasi(14 hari). Proses maturasi sperma ini distimulasi testosteron. Kemampuan sperma untuk fertilisasi dinaikkan dengan ekspos terhadap defense, protein yang dihasilkan epididimis yang fungsi utamanya adalah untuk mempertahankan sperma dari mikroorganisme. Nantinya kemampuan fertilisasi ini juga dinaikkan oleh secret dari reproduksi wanita.
 Kontraksi otot dari epididimis berfungsi sebagai pendorong sperma ke vas deferens.Sperma yang tidak diejakulasi dapat bertahan selama beberapa bulan dan akan direabsorbsi bila telah mencapai waktu tertentu. Duktus (Vas) deferens mengalirkan sperma selama ada dorongan seksual ke uretra dengan gerakan peristaltik. Fungsi penyimpanannya hampir sama dengan epididimis. Dalam duktus deferens, sperma inaktif sehingga kebutuhan energinya relatif keci
Kelenjar asesoris yang terdapat pada reproduksi pria antara lain adalah Vesikula seminalis kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra. Vesikula seminalis memberikan sebesar 60%volume semen. Isi dari volume ini antara lain fruktosa, yang merupakan sumber energi sperma yang diejakulasi; prostaglandin, yang memicu kontraksi otot pada reproduksi pria maupun wanita; Fibrinogen yang berfungsi untuk menggumpalkan semen agar tetap berada dalam vagina pada saat penis ditarik keluar. Gumpalan ini nantinya akan dihancurkan oleh Prostate-specific antigem (PSA).
 Kelenjar prostat menyekresi cairan alkaline untuk menetralisasi sekret vaginal yang asam,karena sperma lebih aktif berada dalam lingkungan yang agak basa. Juga terdapat secret yang memicu penggumpalan sperma. Kelenjar bulbouretra menyekresikan substansi mucusuntuk lubrikasi selama hubungan seksual.

 Referensi

Evelyn C. Pearce,  2009, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama

Syaifudin, 2009, Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta ; Salemba Medika

Sastrawinata, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung ; Eleman

Wiknjosastrono, 2007, Ilmu Kebidanan, Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka

Saktiono, 2004, Biologi SMP 3, Jakarta ; Erlangga

No comments: