1. Review Anatomi dan Fisiologi
a. Perjalanan Sinyal Suhu pada Sistem Saraf
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan
dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.b. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
- Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
- Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
- Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
- Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
- Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
- Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
- Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
- Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
- Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
- Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
2. Mekanisme Pengaturan Suhu
Tubuh mempunyai dua kompartemen pokok, kulit (yang terdiri dari kulit dan jaringan subkutan) dan bagian inti (terdiri dari organ dalam, saluran cerna, dan otot). Panas disampaikan melalui bagian kulit dan bagian inti, yang memungkinkan kulit menjadi hangat saat inti dingin dan sebaliknya.
Regulasi suhu tubuh merupakan proses dinamis yang terdiri dari empat mekanisme (Phillips dan Skov, 1988) :
- Konduksi : perpindahan panas secara langsung dari tubuh ke objek yang lebih dingin tanpa gerakan (misalnya, dari sel dan kapiler ke kulit dan pakaian)
- Konveksi : perpindahan panas melalui sirkulasi (misalnya, daerah inti hangat ke area perifer dan dari pergerakan udara ke kulit)
- Radiasi : perpindahan panas diantara kulit dan lingkungan.
- Evaporasi : perpindahan panas ketika kulit atau baju basah dan panas hilang dari kulit/baju basah ke lingkungan.
Suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas dan suhu lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh. Kepala, wajah, tangan, dan kaki yang terbuka dapat mempengaruhi suhu tubuh, dimana pada daerah vaskuler terjadi konduksi panas dari pembuluh darah ke kulit atau dari kulit ke pembuluh darah.
Produksi panas terjadi di inti, yang dipersarafi oleh rangsangan termoreseptor dari hipotalamus. Suhu inti atau normotermia yakni berkisar antara 36,6o-37,5oC atau 98o-99,5oF (Smelteer dan Bear, 1992).
Suhu tubuh yang normal bervariasi, individu yang sehat dapat ditentukan dengan memantau suhu pada pagi hari dan sebelum tidur dalam jangka waktu 2-4 minggu. Kehilangan panas dan peningkatan panas bervariasi pada individu dan dipengaruhi oleh daerah permukaan tubuh, sifat perifer vasomotor, dan jumlah jaringan subkutan.
Pendinginan pada individu yang hipertermia dan pemanasan pada individu yang hipotermia harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai terjadi terlalu dingin atau terlalu panas. Pada kasus yang akut biasanya pelaksanaan pendinginan atau penghangatan dengan kolaborasi pada dokter.
Menggigil merupakan hal yang fisiologis untuk meningkatkan panas, respon secara fisiologis :
- Peningkatan konsumsi oksigen 2 sampai 5 kali dari normal
- Peningkatan metabolisme 400%-500%
- Peningkatan kerja jantung, produksi CO2, vasokontriksi kutaneus dan akhirnya terjadi produksi asam laktat
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
- Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
- Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
- Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
- Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
- Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
- Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
c. Mekanisme Hilangnya Panas Melalui Kulit
- Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
- Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
- Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
- Usia
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk mencegah hipotermi pada bayi.
- 3. Macam Gangguan
a. Hipertermia
Adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh lebih dari 37oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF) per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, 2000).
b. Hipotermia
Suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko untuk menderita penurunan suhu tubuh di bawah 35,5oC (96oF) per rektal disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor eksternal (Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, 2000).
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
Ringan: 33°-36° : merasa dingin, menggigil
- Sedang: 30°-33° : gangguan berjalan, gangguan bicara, perasaan bingung, otot keras
- Berat: 27°-30° : gangguan kesadaran, tidak bisa sembuh tanpa pertolongan
- Sangat berat: <30° : pingsan, mata terlihat tidak normal, nafas pelan, gangguan pada jantung, bisa meninggal
c. Demam
Adalah keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. Demam adalah istilah umum, dan beberapa istilah lain yang sering digunakan adalah pireksia atau febris. Apabila suhu tubuh sangat tinggi (mencapai sekitar 40°C), demam disebut hipertermi.
Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh.
d. Heat Stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat stroke. Klien yang termasuk beresiko bisa masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat untuk menurunkan kemampuan tubuh saat mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heat stroke termasuk kebingungan, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia (keadaan tidak dapat mengendalikan tubuh). Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering.
e. Frostbite
Tangan dan kaki menjadi beku dengan pembekuan kristal es didalam jaringan tubuh, yang bila ringan akan dapat sembuh akan tetapi bisa kronis dengan gejala – gejala sakit, pucat, perubahan warna kulit yang akhirnya timbul gangren yang harus diamputasi.
Frosbite dapat meningkatkan risiko penyakit lainnya antara lain :
- Penyakit jantung,
- Asma / bronkitis,
- Diabetes.
f. Kulit kering
Cuaca dingin dapat menyebabkan kulit menjadi terasa kering dan keriput, hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan tidak sedap dipandang, terutama bagi para wanita.
Biasanya kulit kering ini hanya bersifat sementara saja, namun jika kejadiannya sering dan terus menerus, bekas-bekas kulit kering ini akan nampak jelas terlihat berupa keriput dan garis-garis halus pada kulit.
g. Gangguan Syaraf Bell`s Palsy
Bell`s Palsy berhubungan dengan suhu dan udara dingin. Meskipun data pendukung faktor ini masih sangat kurang, data (anamnesis) dari sekian banyak pasien yang mengalami Bell`s Palsy merujuk pada faktor itu. Misalnya, sopir kendaraan yang tiba-tiba merasa mulutnya bergeser atau menceng setelah membuka jendela kaca mobil. Orang yang sering tidur di lantai, pada saat bangun mulutnya langsung menceng. Atau biasanya kalau di daerah “X” orang sering pergi-pergi ke tempat yang lembap seperti ke sumber mata air. Setelah itu, wajah mereka lumpuh dan mereka mengatakan itu karena ditampar hantu. Padahal karena Bell`s Palsy. Dan semua contoh itu berhubungan dengan udara atau suhu yangn dingin.
Bell`s Palsy merupakan gejala klinis dari suatu penyakit mononeuropati (gangguan yang mengenai satu syaraf). Syaraf yang dimaksud adalah Nervus VII (nervus fascialis). Saraf ini juga sering disebut syaraf fascialis. N.VII yang terkena adalah saraf 7 tepi, inti dari N.VII berada di batang otak.
N.VII berfungsi mengatur otot-otot pergerakan organ pada daerah wajah, antara lain di daerah mulut dan gerakan seperti meringis dan bibir maju ke depan. Pada daerah mata, syaraf ini juga mengatur seputar pergerakan kelopak seperti memejam, pergerakan kelopak bola mata, dan mengatur aliran air mata. Serabut N.VII menuju ke arah kelenjar ludah dan juga ke bagian pendengaran.
Pada kasus Bell`s Palsy, saraf ini mengalami gangguan. Saraf tidak dapat mengantar impuls motorik ke otot karena terhambat akibat pembengkakan. Susunan N.VII dari inti di bagian otak hingga ujung saraf sangat panjang. Bell`s Palsy, bila dibandingkan dengan stroke, bisa dikatakan tidak terlalu berbahaya. Malah penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya.
4. Pemeriksaan
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius (Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dantitik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi kegawatan.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga (auricular) . Masing- masing tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada : 1. Anak ; 2. Pasien dengan radang mulut ; 3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas.
Persiapan pemeriksaan suhu :
1). Persiapan peralatan
- Termometer
- Soft tissue atau lap bersih
- Buku pencatat suhu dan alat tulis
- Handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien
2). Persiapan pasien
- Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.
- Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
- Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.
3). Cara pemeriksaan dengan Termometer Aksila
- Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.
- Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih
- Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius.
- Bukalah lengan pasien.
- Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue
- Tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.
- Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.
- Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi.
- Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.
- Turunkan tingkat air raksa < 35,50C.
- Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.
- Cuci tangan.
Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
4). Cara Pemeriksaan dengan Termometer Oral
- Jelaskan prosedur kepada klien
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
- Atur posisi pasien
- Tentukan letak bawah lidah
- Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
- Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
- Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
- Angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catat hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
5). Cara Pemeriksaan dengan Termometer Rektal
- Jelaskan prosedur kepada klien
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
- Atur posisi pasien dengan posisi miring
- Pakaian diturunkan sampai di bawah glutea (di bawah pantat)
- Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline
- Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C.
- Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien, masukkan termometer kedalam rektal dengan perlahan, jangan sampai berubah posisi, dan ukur suhu
- Setelah 3-5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catat hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Referensi :
Carpenito, L,J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Edisi 6. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monica Ester Jakarta : EGC
Rakhmawan, Agung. 2008. Pemeriksaan Fisik Umum bagi Petugas Kesehatan.http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/05/31/pemeriksaan-fisik-umum-bagi-petugas-kesehatan-bag-ii. Akses : 18 September 2011
Admin. 2010. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh. http://nursingbegin.com/gangguan-pengaturan-suhu-tubuh. Akses : 19 September 2011
Admin. 2010. Pengukuran Suhu. http://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/06/pengukuran-suhu. Akses : 18 September 2011
No comments:
Post a Comment